Migrasi Tinggi Minim Regulasi, Ada Sesuatu di Yogyakarta

Migrasi Tinggi Minim Regulasi, Ada Sesuatu di Yogyakarta
0 Komentar

Oleh: Syafa Kusumawardani
Mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sebagai salah satu kota besar dan istimewa yang ada di Indonesia, Yogyakarta selalu mempunyai daya tarik tersendiri bagi masyarakat luar untuk datang ke sana, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kota Yogyakarta juga dinilai sebagai wilayah dengan persentase migrasi yang paling tinggi dibandingkan wilayah yang lain. Pengertian migrasi sendiri merupakan suatu mobilitas masyarakat yang terjadi dalam bentuk perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lainnya. Migrasi yang sering kali terjadi di Kota Yogyakarta adalah migrasi masuk.

Migrasi masuk ke kota sangat erat kaitannya dengan kebijakan pembangunan yang bersifat bias kota atau urban bias. Perkotaan menjadi pusat dari berbagai kegiatan pembangunan, mulai dari perdagangan, industri, sampai dengan administrasi dan pembangunan politik (Todaro 1976 dan Hugo 1979, dalam Romdiati & Noveria 2004:3). Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa migrasi masuk di Yogyakarta semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data migrasi masuk dan migrasi keluar Kota Yogyakarta, pada awalnya yaitu di tahun 2012-2013 migrasi keluar lebih besar dibandingkan migrasi masuk. Namun, pada tahun 2014-2015 yang terjadi adalah sebaliknya. Migrasi masuk di Kota Yogyakarta menjadi lebih banyak daripada migrasi keluar. Kota Yogyakarta pada tahun 2012 hingga tahun 2016 memiliki jumlah pertumbuhan migrasi masuk senilai 34,61% dan migrasi keluar senilai 10,27%. Pada tahun 2020, persentase migrasi di Kota Yogyakarta meningkat sebesar 4,1%.

Lebih rinci lagi, berdasarkan data statistik migrasi di Kota Yogyakarta yang berasal dari hasil survei penduduk antar sensus tahun 2015 terdapat data arus migrasi masuk antar Kabupaten/Kota. Kabupaten/Kota tersebut diantaranya Kulon Progo, Gunung Kidul, Bantul dan Sleman. Migrasi masuk yang berasal dari Kabupaten Kulon Progo ke Kota Yogyakarta sebanyak 2988 jiwa, Kabupaten Gunung Kidul yang melakukan migrasi masuk ke Kota Yogyakarta sebanyak 4114 jiwa, Kabupaten Bantul sebanyak 3673 jiwa dan Kabupaten Sleman sebanyak 2226 jiwa.

Baca Juga:Catatan Harian Dahlan Iskan: Gangguan KesenanganCatatan Harian Dahlan Iskan: Gangguan Kesenangan

Dari persentase tersebut dapat dilihat dan diketahui bersama bahwa besar migrasi masuk ke Kota Yogyakarta menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan oleh pemerintahan Kota Yogyakarta. Banyak aspek yang kemungkinan bisa berubah dan terdampak dengan banyaknya migrasi masuk tersebut, dari aspek sosial, ekonomi, permukiman, budaya, politik, kesediaan lahan dan masih banyak lagi aspek lainnya.

0 Komentar