Penggunaan Segitiga Restitusi untuk Penerapan Disiplin Positif Siswa

Penggunaan Segitiga Restitusi untuk Penerapan Disiplin Positif Siswa
0 Komentar

oleh:

1.Suparto,SPd.MM ( Guru Geografi  SMA Negeri 1 Way Lima, Lampung )

2.Drs.Priyono,MSi ( Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta )

“…kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup tumbuh-tumbuhan seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya.” (Lampiran 1. Dasar-Dasar Pendidikan. Keluarga, Th. I No.1,2,3,4., Nov, Des 1936., Jan, Febr. 1937).

Disiplin diri merupakan kemampuan seseorang dalam mengendalikan  diri, menguasai diri serta menentukan sikap yang mengacu pada nilai yang akan kita hargai. Kita dapat melakukan disiplin diri kepada murid melalui segitiga restitusi, jika murid tersebut melakukan pelanggaran kesepakatan kelas / keyakinan kelas.  Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001. menyatakan bahwa arti asli dari kata disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid yang dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal. Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). Restitusi membantu murid menjadi lebih baik dalam hidupnya dan memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya untuk  berbuat lebih baik lagi  setelah melakukan kesalahan dalam dirinya karena melakukan pelanggaran dari apa yang sudah di buat  dalam kesepakatan kelas / keyakian kelas, Pendisiplinan murid penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Melalui restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan cara yang memungkinkan murid untuk membuat evaluasi dalam dirinya sendiri ( internal)  tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapatkan kembali keyakina diri dan  harga dirinya. Restitusi bukan hanya dapat menguntungkan korban, tetapi juga menguntungkan orang yang telah berbuat salah karena diharpakan akan menyadari sendiri mengenai apa yang sudah ia perbuat. Ini sesuai dengan prinsip dari teori kontrol William Glasser tentang solusi menang-menang. Restitusi dianggap mampu memecahkan masalah peserta didik kerena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

0 Komentar