Program Terus Bergulir, Citarum tak Kunjung Harum

Program Terus Bergulir, Citarum tak Kunjung Harum
0 Komentar

Oleh: Tsamratul Ilmi

Ibu Rumah Tangga dan Pegiat Dakwah

Saat ini, beningnya air sungai suiit kita jumpai. Padatnya penduduk dan nerdirinya pabrik-pabrik menyebabkan tercemarnya air sungai. Pemandangan tumpukan sampah, air menghitam karena limbah pabrik sudah biasa kita dapati. Padahal air sungai yang bersih sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Upaya untuk mengembalikan bersihnya air sungai selalu diusahakan. Baru-baru ini Bupati Bandung, Dadang Supriatna menyampaikan di sela acara Apresiasi Penetapan Hari Citarum di Bendungan Radug Wangisagara, Kecamatan Majalaya, Sabtu 29 Mei 2021, bahwa dia optimis beberapa tahun ke depan air dari daerah aliran sungai (DAS) Citarum bisa dijadikan bahan baku air minum untuk masyarakat Kabupaten Bandung.(pikiran-rakyat.com)

Adanya upaya mengembalikan bersihnya air sungai oleh pihak pemerintah patut kita hargai dan apresiasi. Hanya saja penting untuk dievaluasi mengapa hingga kini pencemaran air sungai bukannya berkurang? Masyarakat terutama yang berada di sekitaran DAS Citarum semakin sulit mendapatkan air bersih?

Baca Juga:Sengketa Impor Ayam, Jeratan Perjanjian Perdagangan para KapitalisCara Memasak Nasi di Rice Cooker agar Pulen Matang Sempurna

Berbagai program sebelumnya sudah digulirkan. Tahun 2000-2003 ada program “Citarum Bergetar” dari Pemprov Jabar untuk pengendalian pencemaran. Ada lagi program “Citarum Bestari” tahun 2013 fokus untuk pengentasan masalah pencemaran serta mewujudkan air sungai Citarum layak minum dalam 5 tahun. Selanjutnya pada tahun 2018 didorong langsung oleh Presiden Joko Widodo dengan programnya “Citarum Harum”.

Keseluruhan program di atas pada intinya bertujuan memulihkan dan mengembalikan ekosistem DAS Citarum agar kondisinya lebih baik. Namun apa yang terjadi? Sampai saat ini fakta membuktikan tidak ada tanda-tanda keberhasilan sebab pencemaran bukannya berkurang malah tambah akut.

Biaya yang sudah digelontorkan seperti untuk pengerukan, pengangkutan sampah, dan yang lainnya seolah sia-sia. Datang hujan, air meluap menyebabkan banjir dan bau. Penanganan hanya secara teknis sebagus apapun program yang disodorkan akan sulit diimplementasikan. Begitu pun harapan Bapak Bupati Bandung mengembalikan kondisi DAS Citarum beberapa tahun ke depan ditengarai akan sulit tercapai, berkaca terhadap program sebelumnya.

Tidak dipungkiri kesadaran masyarakat akan lingkungan sehat belum sepenuhnya terbangun. Membuang sampah ke sungai sepertinya telah membudaya. Ditambah lagi limbah pabrik. Untuk mengatasi pencemaran limbah sudah ada aturan yang diberlakukan. Perusahaan penghasil limbah industri diharuskan memiliki sistem IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah), bagi siapapun yang melanggar akan dikenai sanksi. Akan tetapi hukum seringkali tidak berjalan atau tebang pilih. Buktinya sungai dipenuhi bukan hanya oleh sampah juga tetcemar limbah.

0 Komentar