Ramadhan vs Godaan Politik

0 Komentar

Oleh : Ilham Akbar

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial, Ilmu Politik dan Ilmu Hukum (FISIPKUM) Universitas Serang Raya

“Betapa Banyak Orang yang Berpuasa Namun Dia Tidak Mendapatkan dari Puasanya Tersebut Kecuali Rasa Lapar dan Dahaga.” (HR. Ath Thobroni).

Hadits diatas merupakan hadits yang menunjukkan bahwa puasa yang dilakukan oleh kebanyakan manusia hanya menahan lapar dan haus saja, padahal sebenarnya hakikat berpuasa yang baik ialah menahan hawa nafsu kita, agar terhindar dari hal-hal yang negatif. Meski demikian, pada kenyataanya kita tidak bisa melihat sesuatu yang negatif tersebut dengan mata telanjang kita, karena yang terjadi saat ini ialah kita sangat sulit untuk menemukan sesuatu yang benar. Misalnya saja mengenai berita hoaks yang sering kali beredar di media sosial, sampai saat ini masyarakat kita masih sulit untuk membedakan berita seperti apa yang dapat dikatakan benar, dan berita seperti apa yang dapat dikatakan salah.

Baca Juga:Warga Desa Lengkong Jaya Keluhkan Pembakaran Sampah LiarKades Tanggulan Ingin Jamin Kesehatan Perangkat

Kendati demikian, saat ini bulan ramadhan sudah di depan mata, dan kita juga harus mempersiapkan bekal kita, agar ibadah puasa yang kita lakukan tidak sia-sia. Berpuasa yang baik, harus diikuti dengan perilaku yang baik juga, misalnya ketika bulan ramadhan tiba kita harus sering melakukan hal-hal yang positif, seperti berpikir secara rasional, tidak mengolok-olok orang yang mempunyai perbedaan pilihan, dan tidak menyebarkan berita hoaks.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada saat ini bulan ramadhan merupakan bulan politik juga, karena semua masyarakat kita sedang menantikan siapa Presiden dan Wakil Presiden yang akan memimpin negeri ini. KPU (Komisi Pemilihan Umum) menetapkan tanggal 22 Mei 2019 untuk mengumumkan Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Kini masyarakat kita tentu akan melakukan hal apapun agar capres dan cawapres yang didukungnya, menjadi pemenang.

Disatu sisi lainnya juga, ada kemungkinan bahwa bulan ramadhan tahun ini akan dihampiri oleh hal-hal yang akan mengganggu hawa nafsu kita untuk melakukan ujaran kebencian, menyebarkan berita hoaks, dan tidak terima terhadap hasil yang diperoleh dari Pemilu tersebut, sehingga ketika capres dan cawapres yang didukungnya mendapatkan kekalahan, maka tidak menutup kemungkinan para aktor politik pun akan menghalalkan segala cara untuk mengganggu ruang publik yang ada di negeri ini.

0 Komentar