Religiusitas Negeri Kincir Angin dan Akselerasinya Dibalik Pandemi Covid-19

Religiusitas Negeri Kincir Angin dan Akselerasinya Dibalik Pandemi Covid-19
0 Komentar

Oleh
1.Prof.Dr.Aris Poniman Kertopermono ( Dosen Prodi Pasca Sarjana Ilmu Geografi FMIPA Universitas Indonesia dan Prodi Pasca Sarjana Teknologi Penginderaan Fak.Teknologi Pertahanan Universitas Pertahanan )

2.Drs.Priyono,MSi( Dosen dan Wakil Dekan I Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Artikel ini diilhami oleh sebuah kiriman W.A dari seorang peneliti dan kiriman video dari teman saat kuliah yang nampaknya dia juga sering keliling berbagai Negara. Substansi keduanya sama mengarah pada perubahan perilaku religiusitas di Negara yang mayoritasnya bukan islam dan ketika kena pandemic covid-19 terjadi perubahan yang luar biasa.

Baca Juga:Anggota Komisi IX DPR RI Putih Sari Salurkan APD ke RSBA PurwakartaJumlah Positif Covid-19 di Karawang Terus Bertambah

Virus corona menjadi trending topik mendunia sudah hampir 6 bulan sejak akhir tahun 2019 , yang dimulai bulan desember tahun 2019 di kota Wuhan, negeri tirai bambU. Sekali lagi tidak hanya menjelajah antar Negara tapi sudah menjalar secara cepat ke seluruh penjuru dunia melalui mobilitas penduduk level Internasional.

Mungkin akan berbeda efek dan penularannya kalau pandemik ini terjadi 30 tahun silam karena teori klasik mobilitas Zelinsky tahun 1971, yang sering digunakan untuk menjelaskan perilaku mobilitas horizontal.

Teori klasik kolaborasi antara transisi demografi dan transisi mobilitas tersebut menjelaskan bahwa ada hubungan linier antara penurunan kelahiran dan kematian penduduk dengan transisi mobilitas. Ketika fertilitas dan mortalitas masih pada tahap awal maka mobilitas manusia yang terjadi masih lokal dan untuk orientasi yang terbatas, akan tetapi ketika transisi demografi berakhir maka mobilitas penduduk bergeser dari lokal ke Internasional dengan orientasi yang lebih luas, yang menyebabkan penyebaran wabah ini berjalan mengikuti trend mobilitas manusia sehingga salah satu cara untuk menghambat penyebaran virus ini denga stay at home dan jaga jarak antar manusia serta tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Berita terkini dari statemen Wakil ketua IDI Adib Kumaidi menyebutkan perokok sangat rentan tertular covid-19 dan asap rokok bisa jadi sumber penularan covid-19 maka jaga jarak merupkan cara ampuh untuk memutus penularan covid-19.

Efek pandemic ini sudah sangat kita rasakan dampaknya terhadap bidang pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, agama, pariwisata, mungkin bisa merambah sampai kejahatan karena kemiskinan sangat rentan terhadap perilaku tersebut bila iman tidak kuat, dan beberapa industri karena lesunya pasar, karena menurunnya permintaan dan daya beli masyarakat, telah melakukan pemutusan hubungan kerja dengan buruh atau PHK dan di level nasional Bendahara Negara Sri Mulyani memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi bisa merosot sampai minus 0,4 % dan apabila tidak segera berakhir bisa menyebabkan resesi ekonomi yang berkepanjangan.

0 Komentar