Utang Menggunung, Rakyat Makin Bingung

Utang Menggunung, Rakyat Makin Bingung
0 Komentar

Oleh : Ummu Munib
Ibu Rumah Tangga

Kian hari kian menggunung, rakyatpun makin bingung. Itulah nasib utang Indonesia. Sebagaimana dilansir Kompas.TV (21/11/2020), laman ini memberitakan bahwa dalam waktu yang relatif berdekatan atau tak sampai dua minggu utang Indonesia bertambah. Yakni bertambah sebesar lebih dari Rp 24,5 triliun. Utang baru tersebut merupakan kategori pinjaman bilateral. Pinjaman dari Australia sebesar Rp 15,45triliun dan dari Jerman sebesar Rp 9,1triliun. Pemerintah. Melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pinjaman tersebut merupakan dukungan yang memberi ruang untuk melakukan manufer kebijakan dalam penanganan pandemi. Di sisi lain juga mengurangi risiko beban fiskal lantaran keuangan negara dihadapkan pada defisit yang kian melebar, yakni di kisaran 6,34 persen hingga akhir tahun.

Masih terkait dengan utang, belum lama ini digelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 yang digelar secara virtual pada 21-22 November. Acara ini memunculkan kesepakatan dari sejumlah negara yang paling rentan menghadapi dampak pandemi Covid-19 untuk bisa melakukan perpanjangan cicilan utang hingga pertengahan tahun 2021. Perpanjangan masa cicilan utang atau relaksasi tersebut dinamakan Debt Service Suspension Inisiative (DSSI). Hal ini didukung oleh International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia. “Ini adalah fasilitas relaksasi bagi pembayaran utang negara-negara miskin, yang tadinya pada sampai akhir tahun ini, kemudian diperpanjang hingga pertengahan tahun 2021,” jelas Sri Mulyani di Istana Bogor yang ditayangkan secara virtual, dikutip CNBC Indonesia, Minggu (22/11/2020).

Kalau kita cermati, penanggulangan pandemi Covid-19 rupanya menjadi alasan yang tepat untuk berutang kembali. Terlebih ada kelonggaran dalam cicilan pengembaliannya. Tentu mereka akan katakan semua demi rakyat dan negara. Pertanyaannya apakah benar rakyat menginginkan utang semakin bertambah? Apa benar negara ini aman, tidak mendapat masalah jika kembali berutang. Padahal kita tidak tahu kapan pandemi ini berakhir, dan tidak ada jaminan kapan suatu negara dapat membayar utangnya. Dengan bertambahnya utang maka ledakan utang bisa saja terjadi, bukankan hal ini sesuatu yang tidak pantas kita banggakan. Karena sesungguhnya utang adalah beban, selain itu utang merupakan indikasi lemahnya perekonomian.

0 Komentar