Senyum Bah Ocid di Cibareubeuy

Senyum Bah Ocid di Cibareubeuy
0 Komentar

Memasuki akhir Juli kepala agak berat. Migrain? Bukan. Di kepala terbanyang tumpukan 7.500 tiket jalan sehat yang harus terjual.

Itu bagian dari cara mendapatkan biaya untuk event jalan sehat. Harus jualan. Harga tiket Rp25 ribu per lembar. Lumayan mahal. Tidak mungkin dijual eceran seperti menjual kopi seduh.

Event ini amat penting. Dalam rangka memeriahkan HUT Pasundan Ekspres yang ke-11 dan HUT Koperasi ke-72.

Baca Juga:Pesan Bupati Anne Untuk Pasukan Pengibar Bendera HUT RI Ke 74Warga Tiga RW Ramai-ramai Bersihkan Sampah di Sungai Cileuleuy

Perayaan yang tertunda jauh. Tidak apa-apa, yang penting meriah. Sudah jadi kebiasaan setiap tahun begitu.

Bagaimana caranya? Sudah tergambar di kepala. Tapi nanti saja ceritanya.

Menjelang event itu saya ingin hiburan dulu. Beda dengan banyak orang. Cape dulu, baru liburan. Saya ingin senyum-senyum dulu. Baru cape-capean.

Saya putuskan untuk pergi ke tempat yang seru. Di sana bisa tersenyum. Tapi untuk menjangkau ke tempatnya harus jalan kaki jauh. Sekitar 2Km. Tidak apa-apa. Saya kuat.

Toh, ternyata anak saya juga kuat. Deana, anak perempuan umur 7 tahun. Penuh semangat, gak cengeng. Gak minta digendong. Malah ibunya yang terlihat cengengesan, menahan capek. Tapi seru. Seru tapi capek.

Menyusuri sawah, jalan setapak. Tanahnya belah-belah karena musim panas. Tapi masih terlihat hijau padi berumur sekitar satu bulan. Masih ada air dari bukit yang saya tuju.

Selain rombongan saya, ada juga orang-orang kota. Mereka membawa kamera, tripod, perlengkapan kemah. Ada juga rombongan anak sekolah.

Mereka semua senyum-senyum. Gembira tapi capek. Punggung basah. Metabolisme tubuh berjalan. Pembakaran lemak.

Baca Juga:Subang City Mall Belum Berizin, Pembangunan Harus Sesuai RTRWPawai Alegoris Pukau Ribuan Warga Pamanukan

Sebagian orang pergi mendaki gunung kadang tujuannya agar keringetan. Sebagian lagi untuk foto selfi.

“Sebentar lagi nyampe warung ketan. Enak,” sahut kakak iparku yang memimpin perjalanan di depan. Ini perjalanan yang kedua bagi dia dan suaminya.

Perjalanan pertama bawa kedua anak laki-lakinya yang umur 5 tahun dan 3 tahun. Setahun lalu. Anak yang 3 tahun, di setengah perjalanan harus digendong bapaknya.

Perjalanan baru satu kilometer. Tapi sudah tergoda goreng ketan, bakwan (sebagian orang nyebut bala-bala), goreng pisang dan kopi. Lahang dingin dan panas juga ada. Air dari pohon aren.

0 Komentar