Sepucuk Surat dari Sepeda

Sepucuk Surat dari Sepeda
0 Komentar

Karena bentuk kami yang hanya segitu, di jalan raya kami hanya butuh jalur tak lebih 1 meter. Syukur diberi lebih. Sungguh leluasa. Bahkan di jalan sering mengalah. Jika sangat padat, kami pun rela turun ke jalan tanah. Yang kadang jelek. Kadang becek berlumpur. Kadang berbatu. Ban kami jadi taruhan. Pantat dan pinggang bos kami rela menjadi korban.

Walau demikian kami tidak akan marah dengan tuduhan-tuduhan itu. Kami pun menerima. Yang penting jangan dihabisi kami di jalanan. Kami pun tak perlu dilindungi. Apalagi dimanjakan. Kami tahu diri sebagi minoritas. Sebenarnya kami hanya meminta untuk sedikit bagian jatah jalan. Share of the road. Rasanya kami juga memiliki jatah jalan. Walau tidak tahu seberapa luas jatah yang diberikan kepada kami.

Di negeri antah berantah yang sudah berbudaya lalu lintas, biasanya ada jatah jalan untuk kami. Dibuatkan jalur khusus. Ada garis pembantas dengan pengguna kendaraan yang lain. Mungkin di negeri berbudaya itu sangat sadar. Sepeda itu banyak manfaatnya dibanding masalahnya. Setidaknya kalau ditinjau dari sisi kesehatan, lingkungan dan ekonomi.

Baca Juga:Kisah Perjuangan Hernawan, Pengrajin Ukiran Subang hingga Ekspor ke Luar NegeriDinsos Subang Wujudkan Pemerintahan dan yang Bersih Korupsi

Dari sisi kesehatan, sudah tak terbantahkan. Banyak orang yang telah mengambil manfaat dari menggunakan jasa kami. Dari beberapa pengakuan, bersepeda bisa menstabilkan diabetes. Mencegah risiko darah tinggi. Mencegah risiko jantung. Menurunkan risiko depresi. Bisa mengingkatkan kemampuan seks. Mengatasi insomnia atau sulit tidur. Bahkan bisa menurunkan risiko kanker. Masih banyak lagi manfaat kesehatan lainnya. Intinya bersepeda itu sehat dan bahagia.

Bersepeda juga ramah lingkungan. Karena tidak menggunakan BBM otomatis akan membuat lebih baik kualitas udara. Mengurangi polusi. Manfaatnya pun juga bisa dirasakan. Bandingkan dengan olahraga jalanan yang lainnya. Lebih ramah mana? Untuk urusan ini memang kami bisa disamakan dengan pelari dan pejalan kaki.

Secara ekonomi juga jelas. Tugas kami bukan hanya untuk olah raga. Kadang-kadang juga untuk kerja. Tak perlu mengeluarkan uang bila menaiki kami. Cukup genjot. Gratis.

Bandingkan dengan sepeda motor dan mobil. Untuk motor berapa kilo meter harus mengisi BBM. Sepada motor masih lebih irit. Kalau mobil, ada yang 5 km menghabiskan 1 liter BBM. Berapa kocek yang harus dikeluarkan. Sekali gas bisa seribu perak.

0 Komentar