Dedi Mulyadi menguraikan, kemiskinan itu bisa dimulai dari upaya menekan pengangguran. Artinya menyiapkan lapangan kerja baru untuk menyerap para tenaga kerja.
Ketersediaan lapangan kerja itu bisa digenjot dengan pertumbuhan industri – industri di Jawa Barat. “Industrinya kan sekarang sudah bergerak seperti di Indramayu, tuh. Sudah bergerak di Subang, sudah bergerak ke Majelengka. Nanti juga akan ada siklus ekonomi yang terjadi, ” katanya, Rabu (17/12/2025).
Mantan Bupati Purwakarta itu melanjutkan, untuk mendukung penyediaan tenaga kerja yang berkualitas maka pendidikan juga diperbaiki. Itu menjadi bekal para tenaga kerja baru. “Pendidikan harus baik, sekolah juga sekarang diperbaiki, ” katanya.
Baca Juga:Kasus Korupsi Bupati Bekasi: Kisah Bapak dan Anak Kompak Kena OTT KPKDirjen PSKP Ajukan Pembentukan Tim Khusus sebagai Langkah Mitigasi Terjadinya Kasus Pertanahan
Kemudian Dedi Mulyadi juga menguraikan persoalan yang lebih sektoral terkait kemiskinan di wilayah Jabar Selatan. Menurutnya, banyak masyarakat yang bekerja di sektor pertanian atau perkebunan mendapatkan upah yang rendah. “Mereka yang kerja di kebun sayur, mereka di kebun teh, rata-rata upahnya di bawah Rp 30 ribu, ” cetusnya.
Dedi Mulyadi pun memberikan solusi. Yakni dengan merubah status mereka menjadi petani penggarap atau bukan lagi buruh atau kuli. Namun untuk komoditi tanaman yang ditanam tidak sampai dirubah. “Kasus Pangalengan misalnya, mereka kan kebanyakan kuli. Makanya ini skema akan diupayakan dirubah, ” cetusnya.
Hal itu juga akan dikolaborasikan dengan lahan -lahan Perhutani. Skema akan dikolaborasikan agar upah para petani bisa lebih meningkat. Di sisi lain, BPS Jabar mencatat bahwa Persentase penduduk miskin di Jabar pada Maret 2025 masih 7,02 persen.
Angka itu menurun 0,06 persen poin terhadap September 2024. Dari sisi jumlah, penduduk miskin pada Maret 2025 sebanyak 3,65 juta orang. Angka itu berkurang 13,61 ribu orang dibanding September 2024. (son/ysp)
