Dirumahkan, Puluhan Pekerja Proyek Kereta Cepat Geruduk Pabrik

Dirumahkan, Puluhan Pekerja Proyek Kereta Cepat Geruduk Pabrik
ASPIRASI: Puluhan pekerja proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, menggeruduk pabrik pembuatan bantalan rel di Cikampek. AJI LEKMANA/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

KARAWANG-Puluhan pekerja proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, menggeruduk pabrik pembuatan bantalan rel di Cikampek, Karawang Senin (23/3) pagi. Hal ini disulut oleh pihak perusahaan yang merumahkan pekerjanya dan tidak memberi tenggat waktu yang jelas.

Jadi sudah seminggu kita diliburin, tanggal 21 disuruh masuk lagi, pas tanggal 21 dateng eh dibilang baru bisa masuk bulan enam, kan ngaco,” ucap Aceng kesal, salah satu pekerja yang menuntut kejelasan jadwal kerja.

Aceng mengaku, tidak semua pekerja dirumahkan, produksi masih tetap berlanjut dan sebagian pekerja lain tetap bekerja di dalam pabrik. “Masalahnya kita gak diliburin semua, di dalem masih ada yang kerja,” katanya.

Baca Juga:Berpikir 1000Permintaan Penyemprotan Disinfektan Meningkat

Buntutnya, membuat para pekerja yang dirumahkan meminta kejelasan dan pengertian pihak perusahaan, mengingat para pekerja merasa tidak dipedulikan dan digantung. “Kalau memang dipecat ya pecat, jadi kita bisa cari kerja lain, kalau kayak gini kan jadi gak jelas,” kesal Aceng.

“Jadi sekarang tuh yang kerja ya kerja, yang diliburin sama sekali tidak boleh masuk,” lanjutnya.

Aip, pekerja lain yang turut hadir mengatakan, agenda hari ini adalah untuk meminta kejelasan dan bernegosiasi agar perusahaan tidak merumahkan pekerja hingga bulan Juni seperti yang disampaikan sebelumnya, karena jangka waktu menganggur yang harus dijalani terlalu lama.

“Masa masuk lagi bulan enam, kan kita ini mau bulan puasa, mau lebaran, butuh uang,” ungkapnya.

Selain itu, Aip juga mengeluhkan sistem kerja yang dianggapnya kejam. Pekerja ditempatkan di mess di dalam kawasan pabrik tanpa diperkenankan pulang dan keluar dari area pabrik sama sekali.

“Jadi kita di dalam dikasih mess, tapi sama sekali gak boleh keluar pabrik,” tutur Aip.
Selain itu, pihak perusahaan tidak menyediakan layanan makan di area pabrik.

Hal itu memaksa pekerja selalu menggunakan jasa ojek online untuk makan sehari-hari.

Baca Juga:Pasar Tradisional Ditutup? DKUPP: Itu HoaxPemulihan Infrastruktur Pasca Banjir Belum Maksimal

“Mending kalo di dalem dikasih makan atau uang makan misah, ini mah enggak. Jadi kalo buat makan kita pake ojol.

Ya gaji kita jadinya abis buat makan sama pulsa,” ucapnya.

“Kita gak boleh pulang, ya kasian jadi yang punya anak istri, yang kangen keluarga, seminggu sekali kek gitu seenggaknya boleh pulang, ini mah enggak,” sambungnya.

0 Komentar