Saeful Olah Limbah Tahu jadi Biogas

Saeful Olah Limbah Tahu jadi Biogas
LIMBAH: Proses pembuatan tahu di salah satu pabrik tahu di kawasan Lembang Bandung. Limbah tahu bisa diubah menjadi biogas. EKO SETIONO/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Bisa Digunakan untuk Memasak

LEMBANG– Berawal dari sulitnya mengolah limbah pabrik, salah seorang pemilik pabrik tahu di Lembang, Kabupaten Bandung Barat mencoba untuk berkreasi membuat biogas dari bahan air limbah produksi tahu.

Inovasi yang dilakukan Saeful Hakim tidak sia-sia, biogas yang dihasilkan dari air limbah ini sudah dimanfaatkan untuk memasak di rumahnya. Alhasil, selama dua minggu ini keluarga Saeful tidak pernah lagi menggunakan gas elpiji.

“Lumayan, pengeluaran bisa ditekan hingga Rp1 juta, biasanya kebutuhan dapur untuk sebulan pakai empat tabung gas ukuran 12 kg, sekarang sudah enggak pakai elpiji lagi,” kata Saeful di pabrik tahu ‘Sae’ miliknya di Kampung Ciputri, RT 1 RW 8, Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (14/3).

Baca Juga:Pemkab Kembangkan BUmi Perkemahan Indonesia Power SagulingMempersiapkan Sumber Daya Manusia 4.0

Saeful menceritakan pembuatan biogas limbah tahu itu atas permintaan langsung Satgas Citarum Harum pada akhir tahun 2018 lalu. Soalnya, selama bertahun-tahun limbah air tahu dari pabrik masih dibuang ke sungai sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan.

Diterangkan Saeful, pembangunan instalasi pengolahan air limbah produksi tahu ini dikerjakan selama satu bulan dengan memanfaatkan lahan parkir di depan pabrik.

Sebanyak 8 ribu liter air sisa hasil pengolahan tahu dialirkan ke tempat penampungan bawah tanah sedalam 3 meter yang ditutup beton, kemudian difermentasi selama 1-2 minggu atau maksimal satu bulan agar menghasilkan gas methana.

“Gas methana itu dialirkan melalui pipa paralon kemudian langsung disambungkan dengan selang ke kompor di dapur untuk memasak,” terangnya.

Cara menyalakan kompor harus dipancing oleh korek sehingga bisa mengeluarkan api. Dia mengaku, penggunaan biogas berbahan jenis ini tidak berbahaya atau tidak akan sampai menimbulkan ledakan seperti menggunakan gas elpiji.

“Ide awalnya dari browsing di internet, lalu coba sendiri di rumah. Jika dihitung dari awal pembangunan ditambah dengan membeli alatnya, kurang lebih biayanya menghabiskan Rp30 juta,” tuturnya.

Dia menuturkan, ujicoba biogas ini akan dilakukan selama satu bulan. Jika berhasil, dia pun berencana membagi biogas yang dihasilkan kepada tetangga terdekatnya.

Baca Juga:Desa Jatimulya Angkat Aparatur Desa Hasil Seleksi, Berikan Pelayanan MaksimalMasih Butuh Armada, Dinkes Purwakarta Usulkan Tambah Ambulan

“Tetangga hanya tinggal menyiapkan pipa sambungan saja. Rencananya, paling hanya bisa menyambungkan untuk 5-10 rumah saja,” bebernya.

0 Komentar