Karawang Jadi Lumbung Padi, tapi Sulit Air

Karawang Jadi Lumbung Padi, tapi Sulit Air
Anggota Komisi II DPRD Karawang, Moch. Dimyati.
0 Komentar

KARAWANG-Wilayah pertanian di Kabupaten Karawang, khusunya area sawah kerap mengalami kekeringan air. Tak jarang hal itu terjadi di wilayah yang memiliki persediaan air yang cukup.

Anggota Komisi II DPRD Karawang, Moch. Dimyati mengatakan, dalam satu tahun terakhir pihaknya sudah menerima sejumlah laporan dari petani yang sawahnya kekurangan air. Tinjauan lapangan pun sudah dilakukan seperti ke Kecamatan Cibuaya dan Banyusari.

“Ketika kami tinjau ke lapangan, persediaan air di saluran primer hingga ke saluran sekunder cukup banyak, bahkan bisa mengairi seluruh area sawah. Namun ada beberapa infrastruktur yang mengalami kerusakan sehingga air tidak terdistribusikan secara merata dari hulu hingga hilir,” ujarnya.

Baca Juga:Jadi Penghambat Investasi, Broker Tanah Kuasai Zona IndustriPemda Dinilai Lambat Tangani Kekeringan

Menurutnya, keberadaan Sub Sekunder (SS) yang berfungsi sebagai infrastruktur untuk membagi aliran air sangat penting bagi petani. Sehingga air bisa mengalir hingga ke hilir dengan volume yang memadai untuk mengairi sawah.

“Beberapa waktu lalu kamu cek SS di Banyusari yang mengalami kerusakan cukup parah, yang menyebabkan air banyak Mengalir di hulu tapi tidak sampai ke hilir. Tahun ini sudah ada perbaikan untuk SS di Banyusari. Tapi SS ini dibutuhkan di seluruh wilayah pertanian di Karawang,” kata dia.

Legislator dari Fraksi Gerindra ini mendesak Pemkab Karawang untuk lebih memperhatikan kebutuhan petani. Bukan hanya soal pupuk, tapi infrastruktur pendukung pertanian juga harus dilengkapi.

“Karawang sebagai lumbung padi sudah seharusnya wilayah pertaniannya pun memiliki infrastruktur yang memadai. Sehingga ke depan tidak ada lagi sawah yang kekurangan air akibat air tidak terdistribusikan secara merata,” pungkasnya.(aef/ysp)

0 Komentar