Koperasi DKP Menyerah, Cold Storage Mangkrak

Koperasi DKP Menyerah, Cold Storage Mangkrak
YUGO EROSPRI/PASUNDAN EKSPRES Cold storage cijambe saat peresmian
0 Komentar

SUBANG-Cold Storage di Desa Tanjung Wangi Kecamatan Cijambe, yang diresmikan Bupati H Ruhimat kondisinya mangkrak. Mangkraknya cold storage, dikaranakan Koperasi Dinas Kelautan dan Perikanan Subang yang merugi, karena biaya operasional tidak sebanding dengan penghasilan.

Hal tersebut dibenarkan Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, Dinar Waldinar. Menurutnya, mengenai cold storage sudah mengkak beberapa minggu. Biaya operasional yang tidak sesuai dengan penghasilan.

“Contoh perbulannya dapat Rp10 juta, untuk biaya listrik sendiri Rp9 juta. Untung hanya Rp1 juta, sementara anggota Koperasi Dinas Perikanan kan banyak jumlahnya,” ujarnya.

Baca Juga:Tuntut Ubah Nama Jadi Provinsi Sunda, La Nyalla: Saya Sampaikan ke PresidenBuka 10.000 Lowongan Pekerjaan di Subang Tahun 2022

Dinar meminta kepada para pengusaha atau rekanan yang tertarik mengelola cold storage, agar mau mengelola. Sebab, Koperasi Dinas Perikanan dan Kelautan sendiri sudah angkat tangan. “Yang mengelola kan Koperasi Dinas Kelautan Perikanan Subang, mereka menyerah,” ungkapnya.

Hal tersebut mengundang reaksi dari organisasi nelayan tradisional, yang menilai cold storage di Cijambe dinilai tidak tepat lokasinya.

“Para nelayan yang menangkap ikan di perairan laut dengan jarak yang jauh, enggan menggunakan cold storage. Alhasil keberadaan cold storage tidak menghasilkan,” kata Ketua Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia (PNTI), Ali Haerudin.

ALi menyayangkan mangkraknya cold storage di Cijambe. Menurutnya, pembangunan cold storage di rasa menghamburkan uang yang bersumber dari APBN, dengan program KKP RI tersebut sebesar Rp5,5 miliar. “Uang dari APBN tersebut serasa terhamburkan, dengan membangun gudang penyimpanan hasil ikan laut sebesar Rp5,5 miliar. Itu kan uang negara, sementara gudang mangkrak,” katanya.

Seharusnya, Cold storage dibangun di wilayah dekat perairan laut, sehingga nelayan atau bandar bisa dekat jaraknya. “Ini kenapa di Cijambe. Daerah tersebut kan bukan ikan laut, tapi ikan kolam deras untuk ikan air tawar,” katanya.

Selain itu, Ali menambahkan, dalam pembangunannya, dilihat aspek jual dari sudut ekonomi, jangan terlalu dipaksakan. Akhirnya, biaya operasional tidak tertutup oleh penghasilan, yang nyatanya saat ini pemerintah atau dinas terkait harus menjadi pembelajaran lebih baik lagi ke depannya. “Ini harus menjadi pembelajaran,” katanya.(ygo/vry)

0 Komentar