Parti Liyani

Parti Liyani
0 Komentar

Mbak Parti memang hampir 10 tahun bekerja di rumah Pak Liew. Sejak tahun 2007 sampai dia dipecat 28 Oktober 2016. Sejak gajinyi hanya 300 dolar sampai terakhir 600 dolar Singapura. Atau sekitar Rp 6 juta/bulan.

Sebenarnya, Mbak Parti sudah pulang ke Indonesia ketika laporan polisi itu dibuat. Itu berarti tanggal 30 Oktober 2016.

Hari itu Pak Liew sendiri baru pulang dari luar negeri. Tapi, ketika masih di luar negeri itu, Pak Liew meminta anak laki-lakinya, Karl, untuk memecat Mbak Parti.

Baca Juga:Protes Galian C, Puluhan Warga Geruduk Kantor Desa JabongMelonjaknya Angka Perceraian Akibat Terguncangnya Ketahanan Keluarga

Tidak terungkap apakah saat itu Pak Liew menerima laporan anaknya yang lagi ada persoalan tentang Mbak Parti.

“Apa salahku?” tanya mbak Parti.

“Kami sudah tidak mau pakai kamu lagi,” jawab Karl.

Bukan pemecatan itu yang membuat Mbak Parti sewot. Tapi kalimat Karl berikutnya. Yakni bahwa Mbak Parti hanya diberi waktu 2 jam untuk berkemas. Harus langsung pulang ke Indonesia.

Sambil sewot, Mbak Parti ngomel sendiri: saya akan laporkan ini ke kementerian tenaga kerja. Karl mendengar omelan Mbak Parti itu. Tapi Karl juga tahu Mbak Parti tidak sempat lapor ke kementerian. Tidak ada waktu.

Sesaat kemudian dua petugas dari agen tenaga kerja asing sudah datang ke rumah Pak Liew. Mereka mengatakan waktu berkemas sudah habis. Mbak Parti sudah harus meninggalkan rumah itu.

Mbak Parti masih terus sibuk berkemas. Semua barang yang akan dia bawa pulang dia hamburkan ke lantai. Sambil menunggu datangnya tiga boks besar, jumbo box.

Dia pun cepat-cepat memasukkan barang ke boks itu. Selesai satu. Penuh. Padat. Lalu boks itu dilakban muter-muter. Rapat.

Waktu hampir habis. Masih dua boks lagi. Mbak Parti minta tolong sopir di situ untuk bantu memasuk-masukkan barang. Agak seadanya dan sangat tergopoh-gopoh. Lakbannya pun sekadarnya. Asal nutup.

Baca Juga:LIRIHToyota Corolla Cross Dibandrol Rp 500 Jutaan

Mbak Parti sendiri yang menulis alamat di boks itu. Dia minta kepada Karl untuk mengirimkannya ke Indonesia. Sesuai dengan alamat yang tertulis di boks. Kiriman seperti itu biasanya dilewatkan ekspedisi laut. Agar murah.

Semula Mbak Parti agak  bertengkar dengan Karl mengenai ongkos kirim itu. Semula Karl tidak mau menanggungnya. Mbak Parti mempersoalkan hak dan kewajiban masing-masing pihak seperti tertulis dalam kontrak. Akhirnya Karl setuju. Mbak Parti pun pergi meninggalkan rumah itu. Pulang ke Indonesia.

0 Komentar