Penanganan Sampah yang Tak Kunjung Rampung

Penanganan Sampah yang Tak Kunjung Rampung
0 Komentar

1. Ketakwaan individu
Islam mendorong kesadaran individu terhadap kebersihan hingga level asasi dan prinsipil yakni keimanan terhadap surga dan neraka. “Islam itu indah, maka jadilah kalian orang yang bersih. Sesungguhnya tidak masuk surga kecuali orang-orang yang bersih.” (HR. Baihaqi). Pemahaman tentang kebersihan yang mendasar ini, menumbuhkan kesadaran individu untuk memilah dan mengelola sampah rumah tangga secara mandiri. Pengurangan sampah secara individu dapat dilakukan dengan mengonsumsi sesuatu secukupnya, misalnya makanan. Upaya minimalisir juga tertancap dalam gaya hidup islami, karena setiap kepemilikan akan ditanya pemanfaatannya, bernilai pahala atau berbuah dosa.

2. Kesadaran masyarakat
Pada kondisi tertentu, upaya individu menjadi sangat terbatas dalam pengelolaan sampah. Karena itulah upaya pengelolaan sampah lingkungan diperlukan. “Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik dan menyukai kebaikan, bersih dan menyukai kebersihan, mulia dan menyukai kemuliaan, bagus dan menyukai kebagusan. Oleh sebab itu, bersihkanlah lingkunganmu.” (HR. at-Tirmidzi). Pengelolaan sampah lingkungan dilakukan dengan prinsip bekerjasama dalam kebaikan. Bahkan bisa jadi antar masyarakat terdapat orang kaya yang bersedia mewakafkan tanahnya untuk mengelola sampah. Masyarakat bisa secara bergiliran membakar, memilah atau mengelola sampah tersebut.

3. Peran negara
Kekhilafahan Islam telah mencatat pengelolaan sampah sejak abad 9-10 M. Pada masa Bani Umayah, jalan-jalan di kota Cordoba telah bersih dari sampah karena mekanisme menyingkirkan sampah di perkotaan yang idenya dibangun oleh Qusta ibn Luqa, ar-Razi, Ibn al-Jazzar dan al-Masihi. Tokoh-tokoh muslim ini telah mengubah konsep sistem pengelolaan sampah yang sebelumnya hanya diserahkan pada kesadaran masing-masing orang, karena di perkotaan padat penduduk telah berpotensi menciptakan kota yang kumuh. (Lutfi Sarif Hidayat, 2011). Sebagai perbandingan kota-kota lain di Eropa yang pada saat itu belum memiliki sistem pengelolaan sampah. Sampah dapur dibuang penduduk di depan rumah mereka hingga jalan-jalan kotor dan berbau busuk. (Musthofa As-Sibo’i, 2011).

Baca Juga:Islamafobia Menjangkiti Barat, Nyawa Muslim MelayangKaryawan Tidak Senyum Dilarang Masuk, Cara Absen Kantor Ini Unik!!!

Kebersihan membutuhkan pengelolaan dan sistem yang baik. Pengelolaan sampah merupakan upaya preventif dalam menjaga kesehatan. Edukasi masyarakat dapat dilakukan penguasa dengan menyampaikan pengelolaan sampah yang baik merupakan amal saleh yang dicintai Sang Pencipta. Oleh karena itu, kesadaran untuk menggunakan sistem yang langsung berasal dari Sang Khalik adalah menjadi hal yang urgen untuk menjadikan Kabupaten Bandung, Indonesia dan dunia lebih baik.

0 Komentar