Profesor Petani

Profesor Petani
0 Komentar

Maka petani Aceh yang ditangkap itu –karena menjual benih unggul temuannya– baiknya mengikuti jejak AB2TI. Bikin kelompok sendiri. Atau bahkan sekalian bergabung ke situ.

Anggota AB2TI kini sudah lebih 3.000 orang. Tersebar di seluruh Indonesia.

Ketua umumnya profesor pemberani: Prof. DR. Ir. Dwi Andreas Santoso. Kelahiran tahun 1962 –sekampung dengan Pramoedya Ananta Toer di Blora.

Baca Juga:Camat Binong Pindah Karena Tuntutan TugasPresiden Joko Widodo Tetap Menolak Mencabut Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi

Profesor Andreas berada di pihak petani. Karena itu sempat menjadi ‘musuh bersama’ birokrasi benih.

Hubungan itu sekarang sudah baik. IF16 misalnya akan didaftarkan ke Balai Benih pemerintah.

Silsilah IF16 pun lengkap. Beda dengan IF8 yang proses kelahirannya dianggap tidak sesuai prosedur penelitian di Balai Benih.

Benih IF16 awalnya adalah IF8.

Penemunya para petani anggota AB2TI Karanganyar, Solo.

Mereka menyeleksi berbagai benih unggul. Diuji coba sampai stabil. Lalu ditanam di 13 Kabupaten di Jawa. “Hasilnya 57 persen lebih tinggi dari benih yang sudah dilepas pemerintah,” ujar Prof Andreas.

Sebagai guru besar di Institut Pertanian Bogor Prof Andreas memang sangat menekuni perbenihan. Doktornya di bidang Life Sciences Braunschweig University of Technology, Jerman. Gelar masternya di bidang pertanian dari Universitas Padjadjaran, Bandung. Pernah juga kuliah di Oregon, Amerika dan Korea. S1-nya sendiri dari ilmu tanah UGM Jogja.

IF8 itulah indukan IF16. Proses menjadi IF16 sangat panjang. Dan lama. Melibatkan petani di tujuh kabupaten. Untuk menyeleksi 3.500 galur.

Prof Andreas menjelaskan seleksi dilakukan terhadap berbagai karakter agronomis. Mulai umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi, gabah hampa, bobot 1000 butir gabah isi, serta hasil gabah bersih per plot.

Baca Juga:Faisal, Mahasiswa Al-Azhar Mengalami Retak di KepalaSudah Seminggu TPA Panembong Belum Padam

Tujuan utama proses seleksi itu, menurut Prof Andreas, untuk mendapatkan galur-galur yang berproduksi tinggi dengan umur lebih pendek lagi dibanding IF8 yang sudah begitu unggul.

Tentu juga harus tahan terhadap hama dan penyakit tanaman yang sering menyerang padi.

Tentu, yang tidak kalah penting, ada juga uji rasa. Apakah rasa nasinya enak.

Itu terjadi di tahun 2014 setelah IF8 dipandu dengan benih unggul lokal. Termasuk dari Malang. Juga setelah dicoba ditanam di dalam rumah kaca di pusat AB2TI di Bogor.

0 Komentar