Serangan Covid-19 dan Problematika Pembelajaran Daring

Serangan Covid-19 dan Problematika Pembelajaran Daring
0 Komentar

Keleluasaan inilah kadang dijadikan peserta didik untuk melalaikan tugasnya dan akhirnya tugas menjadi menumpuk sehingga tugas yang harusnya sudah terselesaikan menjadi terbengkelai karena ketidakdisplinan mereka.

Ketiga, Lemahnya pengawasan orangtua. Saat anak melakukan pembelajaran di rumah secara otomatis tanggungjawab anak dalam belajar menjadi tanggungjawab orangtua.

Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah mengenai anak libur dan orangtua tetap masuk bekerja seolah menjadi kebijakan yang pincang karena pembelajaran anak yang dilakukan secara daring juga membutuhkan pendampingan dan pengawasan oleh orangtua.

Tujuannya agar tugas mendidik dan mendampingi anak dalam pembelajaran yang awalnya dilakukan oleh guru di sekolah dapat dilakukan oleh orangtua di rumah.

Baca Juga:Rem Blong, Dua Orang Tewas Terseret TrukObjek Wisata Sariater Resmi Ditutup

Keempat, Kurang matangnya formula daring. Kini banyak berkembang aplikasi untuk melaksanakan pembelajaran daring.

Banyaknya pilihan ini justru membuat guru menerapkan apliaksi yang berbeda-beda dalam kegiatan daringnya sehingga anak harus memiliki berbagai aplikasi daring sehingga akan membingungkan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan daring karena setiap penyedia aplikasi memiliki aturan main dan fasilitas yang berbeda-beda sesuai dengan kapasitas platformnya.

Diperlukan jalan tengah

Konsep pembelajaran daring sebenarnya sudah berkembang lama dan telah diberlakukan oleh sebagian guru dalam menunjang proses pembelajarannya.

Namun, kali ini pembelajaran daring dilakukan bukan lagi sebagai penunjang melainkan pembelajaran yang dilakukan sepenuhnya menggunakan fasilitas daring sehingga diperlukan upaya untuk mensinkronkan antara harapan pemerintah, guru, peserta didik, dan orangtua agar tujuan pembelajaran tetap tercapai meskipun dilaksanakan secara daring sepenuhnya.

Merujuk pada pendapat Bonk Curtis J (2002) dalam pembelajaran daring diperlukan interaksi antara peserta didik dengan pendidik dalam bentuk interaksi dua arah meskipun tidak dilakukan secara bertemu langsung.

Pendapat senada diungkapkan oleh Williams (1999) bahwa pembelajaran daring dilakukan dengan menghubungkan antara perangkan computer yang satu dengan yang lainnya melalui sebuah jaringan.

Dengan dua pendapat di atas pembelajaran bukan hanya memberikan tugas melalui aplikasi sosial media atau pesan singkat dan dikumpulkan pada waktu yang akan datang melainkan perlu adanya interaksi antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran daring sehingga terbentuk suasana pembelajaran dua arah.

0 Komentar