Seri Belajar Filsafat Pancasila 14

Seri Belajar Filsafat Pancasila 14
0 Komentar

Pengelolaan ekonomi yang memberikan manfaat kepada umat adalah perintah dari agama. Hadits nabi menyebutkan “berserikatlah dalam hal pengelolaan air, tanah dan api” demikian Rasul bersabda yang dirawayatkan Imam Abi Daud. Ini artinya pengelolaan ekonomi, sumber daya alam dan energi harus dilakukan oleh negara sebagai representasi dari rakyat, dan digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat.

Untuk sementara saya menunda lanjutan pembahasan pengelolaan ekonomi berkeadilan. Saya ingin menyinggung sedikit terkait hari Kesaktian Pancasila. Sebab kemarin sebelum tulisan ini terbit, kita mengingat kembali sebuah peristiwa penting terkait rongrongan terhadap Pancasila.

1 Oktober selalu kita peringati sebagai hari kesaktian Pancasila. Diksi “Kesaktian” Pancasila, memang memberikan menolak dampak psikologis-traumatis atas penghianatan Partai Komunis Indonesia (PKI). Sekaligus memunculkan kebanggaan atas Ideologi Pancasila yang mampu menunjukkan kekuatannya sebagai ideologi negara. Memaknai “Kesaktian Pancasila”bagi saya adalah bagaimana Pancasila betul-betul “sakti” dalam mewujudkan cita-cita bangsa yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.Yaitu mewujudkan masyarakat yang adil-makmur, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan terlibat dalam mewujudkan perdamaian di belahan dunia.

Baca Juga:Berpadunya Fenomena Geografi,Pilkada dan Covid-19, Sudah Siapkah MenghadapinyaBPJamsostek Serahkan BSU Gelombang Terakhir

“Kesaktian” Pancasila itu hanya akan muncul, bila semua aspek kebijakan yang dikeluarkan pemerintah/penguasa, betul-betul berdasar dari sila-sila Pancasila. Ini yang pertama. Yang kedua, “kesaktian” Pancasila akan betul-betul terwujud, manakala ada keteladanan dari sila-sila Pancasila. Keteladanan tersebut tentunya harus dari para penguasa, para akademisi, para politisi, para tokoh masyarakat dan tokoh agama. Kesaktian itu akan hilang jika tidak ada role model konkrit dari implementasi pengamalan nilai-nilai Pancasila. Ketiga bila, Pancasila mampu menjadi sumber keilmuan yang implementatif dalam lapangan intelektual-akademik.

Jadi Pancasila harus menjadi perbincangan dalam ruang-ruang diskusi di ruang publik. Dan tentu kita harus bersama-sama mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila secara konkrit. Pancasila itu harus hadir dalam peribadi kita sendiri. Lakukan kebaikan-kebaikan sekecil apapun, jaga persahabatan dan hargai perbedaan budaya, agama, ekonomi, sosial yang ada dimasyarakat kita. Inilah yang dimaksud “Pancasila Konkrit”.
Jika ini saja bisa kita lakukan, Pancasila akan betul-betul hadir dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka jadilah teladan untuk kita sendiri dan lingkungan. Demikian, semoga bermanfaat. Mari kita renungkan dan semoga bermanfaat. Wallahualam bishawab.. Afwan Salam Kang Marbawi.

0 Komentar