Tragedi Prof Khaw Dan Gas Bola Yoganya

Tragedi Prof Khaw Dan Gas Bola Yoganya
0 Komentar

Si pembantu bersaksi sejak dia bekerja di situ sudah begitu. Kamar tidur terpisah. Sang istri memasak sendiri dan untuk anak-anaknya. Sang suami masak sendiri untuk dirinya. Bahkan mereka pernah membicarakan kemungkinan cerai. Sang suami yang ingin cerai. Tapi pilihannya begitu saja: Cerai kamar.

Istri Prof Khaw tidak mau cerai. Pertimbangannya: hartanya akan berkurang separo. Tidak cukup untuk menghidupi empat anaknya. Menyekolahkannya. Dan menyiapkan masa depannya. Bagi Prof Khaw juga sama. Separo harta itu tidak cukup untuk membiayai kesenangannya. Dengan pacarnya. Mahasiswi S3 itu.

Sang istri tahu tentang Shara itu. Tapi coba berpikir positif. Itu kan cuma mahasiswi bimbingannya.

Baca Juga:Hengki Jadikan Kasus Zumi Zola PelajaranTruck Tronton Bermuatan Batubara Terperosok

Prof Khaw mengaku bukan mahasiswi itu penyebab dingin rumah tangganya. ”Itu setelah saya merasa kesepian,” katanya.

Seseorang juga bersaksi. Setelah kematian sang istri Prof sangat sedih. Saat melihat putrinya diotopsi juga tidak henti-hentinya menangis. Kehidupan prosefor setelah itu pun terlihat kesepian.

Keluarga ini punya rumah lama. Yang sudah tidak ditinggali. Sudah pindah ke rumah baru. Rumah lama itu disewakan. Dikontrakkan.

Ada seorang wanita yang mengontrak rumah tua itu. Hanya tiga minggu setelah peristiwa itu. Sang profesor sering mengiriminya WA. Tentang kesedihannya. Tentang kesulitannya membiayai tiga anaknya. Yang tertua sudah sekolah di kedokteran. Di Kuala Lumpur. Si pengontrak juga sudah bertanya ke polisi. Apakah dia aman mengontrak rumah itu. Apakah kematian istri pemilik rumah akibat pembunuhan?

Jawaban polisi tegas: tidak ada kecurigaan terjadi pembunuhan. Itu kecelakaan. Semata karena ada gas yang bocor.

Penyebab kerengganan rumah tangga itu sebenarnya sudah disadari sang istri. Dia orang yang keras. Termasuk pada anak-anaknya. Dia sering membimbing anaknya belajar. Tapi dengan sikap amat keras.

Sampai anak-anaknya itu tidak mau lagi dibimbing ibunya. Juga tidak mau ikut kegiatan ibunya. Bahkan tidak mau diajak nonton.

Baca Juga:Debat Capres Harus Tetap AdaShowroom Event, Nissan-Datsun Hadirkan Festival Anak

Dia juga ketat. Dalam mengatur keuangan. Dia juga egois. Kalau suaminya mengajak bicara dia memang mendengarkan. Tapi perhatiannya ke layar tv. Dia sudah menyadari semua itu. Di tahun 2013. Dua tahun sebelum kejadian. “Saya ingin berubah,” katanya. ”Ingin sekali berubah.”

0 Komentar