Banjir Sirna, Kekeringan Menyapa dan Adaptasi Masyarakat untuk Bertahan Hidup di Kesulitan Dua Musim

Banjir Sirna, Kekeringan Menyapa dan Adaptasi Masyarakat untuk Bertahan Hidup di Kesulitan Dua Musim
0 Komentar

Menghadapi fenomena geografi tersebut tentunya masyarakat punya cara tersendiri agar tetap bisa survive (bertahan hidup) disamping usaha pemerintah untuk mengatasi hal tersebut yang masih terus diupayakan hingga saat ini. Jika masyarakat tidak beradaptasi dengan kondisi tersebut maka bisa dipastikan masyarakat akan putus asa bahkan tidak bisa survive.

Berbagai cara adaptasi bisa dilakukan masyarakat ketika banjir melanda, antara lain (1) aktivitas masyarakat dalam menambah penghasilan seperti, mencari ikan, ojek perahu dan menjadi buruh. Banyak masyarakat yang mencari ikan pada saat terjadi banjir dari luapan sungai maupun tambak untuk dikonsumsi pribadi maupun untuk dijual, selain itu karena jalan terendam air membuat masyarakat kesulitan beraktivitas keluar rumah sehingga ini dinilai memiliki nilai ekonomis dan peluang bagi sebagian masyarakat untuk menambah penghasilan sebagai ojek perahu serta menjadi buruh bagi yang membutuhkan, (2) meninggikan rumah, hal ini agar rumah tidak kemasukan air selama banjir, (3) mengungsi ke kerabat terdekat apabila banjir sangat besar, hal ini perlu dilakukan jika ketinggian air sangat tinggi dan sudah kesulitan untuk mencari bahan pangan dan beraktivitas, (4) memprioritaskan ketersediaan bahan pokok di rumah. Hal ini bertujuan kebutuhan pangan dalam keluarga tercukupi meskipun dilanda banjir, (5) menempatkan barang-barang pada posisi yang lebih tinggi, tentunya agar barang-barang tidak terendam air dan tetap awet, (6) saling tolong menolong antar warga, meskipun dalam kondisi banjir dan kesusahan maka kita tetap harus saling tolong menolong dan memprioritaskan mana yang harus kita tolong terlebih dahulu untuk meminimalisir kerugian meterial dan non material. Setidaknya dengan 6 adaptasi utama diatas maka masyarakat diharapkan tidak panik ketika menghadapi musim penghujan dan ketika banjir datang.

Di kabupaten Lamongan tidak hanya jadi daerah langganan banjir namun juga langganan kekeringan ketika musim kemarau bahkan masyarakat kesulitan air bersih. Ada sekitar 16 kecamatan di Kabupaten Lamongan yang biasanya mengalami kekeringan antara lain, kecamatan Lamongan, Tikung, Sugio, Mantup, Kembangbahu, Sukodadi, Sarirejo, Modo, Bluluk, Sukorame, Kedungpring, Sambeng, Glagah, Babat, Brondong dan Karangbinangun. Akibat kekeringan tersebut banyak waduk-waduk menjadi kering sehingga tidak jarang ditemui, untuk sekedar membersihkan diri saja mereka kesulitan. Tidak jarang bagi mereka yang mampu bisa menyuplai kebutuhan air untuk MCK nya menggunakan air isi ulang. Bahkan pemerintah setempat juga menyalurkan air bersih dalam bentuk pengiriman mobil tangki air namun tentunya jumlahnya masih terbatas yang bisa disalurkan dan belum menjangkau secara keseluruhan. Disamping itu banyak petani yang mengalami gagal panen akibat tidak adanya air untuk mengairi sawah sehingga akan berdampak pada menurunnya penghasilan para petani dan berimbas pada perekonomian masyarakat kabupaten Lamongan.

0 Komentar