Fasilitas Mewah kok Ditolak?

Fasilitas Mewah kok Ditolak?
0 Komentar

Berikut ini ibroh keteladanan pemimpin negara dalam balutan keimanan dari sosok Khalifah Umar bin Khattab ra. dan Umar bin Abdul Aziz dan  dalam menggunakan fasilitas negara.

Dikisahkan oleh Ibnu Zanjuwaih (w 247 H) dalam kitabnya al-Amwal, bahwa  Umar bin Khattab memiliki seekor unta yang setiap hari budaknya memerah susu unta tersebut untuknya. Suatu ketika, Umar memiliki firasat berbeda saat budaknya memberinya susu. Kemudian Umar bertanya, “Susu unta dari mana ini?” Budaknya menjawab, “Seekor unta miIik negara (baitul maal) yang telah kehilangan anaknya, maka saya perah susunya agar tidak kering, dan ini harta Allah”. Umar berkata, “Celakalah engkau! Engkau beri aku minuman dari neraka!”

Tak kalah hati-hatinya dengan Umar bin Khattab ra., Khalifah Umar bin Abdul Aziz pun begitu tegas menolak menggunakan fasilitas negara.

Baca Juga:Negara Penanggung Jawab Penyelenggara PendidikanPNS Fiktif Terima Gaji, Musibah Tatanan Ketenagakerjaan

Pada saat musim dingin seorang budaknya selalu membawakan air panas untuk ia berwudhu. Suatu ketika Umar bin Abdul Aziz mengetahui jika budaknya memanaskan air untuk wudhu dari tungku dapur umum milik baitul mal. Seketika itu ia  memerintahkan Muzahim (orang kepercayaannya) untuk memperkirakan berapa kayu bakar dapur umum selama ini terpakai untuk memanaskan air wudhunya, lalu ia membeli kayu bakar sebanyak perkiraan yang terpakai lalu menyerahkannya ke dapur umum (Sirah Umar bin Abdul Aziz).

Maa syaa Allah. Luar biasa kisah keteladanan dua Umar tersebut. Sosok pemimpin taat syariat yang sulit ditemukan saat ini, yaitu saat sistem kufur bercokol di tengah umat dan dijadikan asas dalam sistem pemerintahannya. Hanya sistem Islam yamg menjadikan pemimpin mampu  memahami urgensi amanah, tanggung jawabnya di hadapan umat dan perhitungannya di hadapan Allah kelak.

“Al-imam itu adalah pemimpin. Dan ia akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya (rakyat).” (HR. al Bukhari)

 Dengan demikian komitmen hakiki penuh amanah hanya akan terwujud  melalui dua aspek penting, yakni sistem yang menerapkan Islam dan individu (penguasa) yang adil. Saat tipe kepemimpinan ini terwujud di tengah umat, maka kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat benar-benar nyata, bukan isapan jempol atau dongeng pengantar tidur ala kapitalisme. Wallahu a’lam.

Laman:

1 2 3
0 Komentar