Hijriah

Belajar Filsafat
0 Komentar

“Kawan,sudah tahun baru lagi”,

“Belum juga tibakah saatnya kita menunduk memandang diri sendiri”

“Bercermin firman Tuhan, sebelum kita dihisab-Nya”

Gus Mus mengingatkan kita di setiap awal tahun.

Hijriah atau masehi tak peduli. Jika waktu adalah kumpulan rutinitas tanpa makna. Sebagian besar hidup kita adalah sekedar waktu rutinitas. Kita hanya mengingat apa yang dicapai pada waktu lalu. Memroyeksi apa yang harus diraih diwaktu yang akan datang. Sebagai inti dari indikator keberhasilan. Keberhasilan yang tak pandang bulu dengan cara apa dan pada siapa. Sesiapa yang kadang tak perlu tahu siapa dia. Yang pasti, hanya Dia yang menentukan sesiapa memiliki arti dan berarti bagi siapa. Selama dia bercermin pada firman-Nya. Bukan firman siapa yang didaku padu, tundukan diri.

Hijrah adalah jalan sunyi. Jalan sunyi untuk terus bercermin pada keadaban diri. Keadaban yang memancar dari kebeningan hati, bercermin pada firman-Nya.  Hijrah menunggangi waktu yang tak pernah berhenti. Namun kita tetap membutuhkan sejenak waktu untuk berhenti dan tempat berhenti. Berhenti untuk melihat kedalam diri dan sekitar. Atas laku lampah dan wicara terhadap diri dan sesama. Membuncahkan ke dalam kesadaran akan kebermanfaatan dan keadaban untuk kehidupan. Kehidupan saat ini adalah tempat berhenti untuk merenungi laku lampah diri selanjutnya.Selamat tahun baru hijriah 1444 H. (*)

OLEH: Kang Marbawi

 

Laman:

1 2
0 Komentar