Ijazah Atau Blangko?

Ijazah Atau Blangko?
0 Komentar

Banyak kejadian di desa-desa calo CPNS atau pegawai pemerintah lain banyak berseliweran dan ini bersifat resmi, maksudnya mereka adalah PNS dan anggota TNI-POLRI yang sebenarnya tapi berkepribadian calo dengan jabatan yang lumayan tinggi.  Ibarat  air dan siropnya dalam sebuah gelas, menyatu jika sudah diaduk sendok.

Ketika kita kembali pada hakikat pendidikan, menurut buku Dasar-dasar Pendidikan pengertian pendidikan adalah ‘saya membimbing, memimpin anak’.  Pertanyaannya mengapa anak petani yang lebih berhasil ketimbang yang lulus sarjana?  Jawabannya siapakah yang membimbing sebenarnya?  Al-qur’an, apapun modal dasar yang dimiliki manusianya.  Pendidikan sama dengan Al-qur’an dan ini bersifat mutlak.

Guru sebagai pendamping anak tidak usah berlebihan untuk memfungsikan diri jadi pendidik.  Mengapa?  Dunia pendidikan sekarang hanya sebagai pelengkap untuk masyarakat kita dalam perjalanan hidupnya.  Terkesan ijazah yang diperoleh hanya blangko yang diisi dengan namanya, tidak menunjukan kemampuan apapun bagi si empunya.  Blangko tersebut diperjualbelikan sampai tingkat pendidikan tinggi.  Lulus jadi sarjana pun nganggur, kecuali kalau ada 3d (dulur,duit,deukeut).  Selebihnya guru, menurut saya, hanya bisa memfungsikan diri sebagai pengajar karena bekal anak untuk menghadapi setiap ujian atau testing tertentu di jenjang kehidupannya akan menentukan nasib.  Ajari anak sampai mahir, itu yang harus tertanam di setiap benak guru saat ini.

Baca Juga:Tiga Plt Kades DilantikNurul eks Dewi-Dewi Meriahkan HUT SMAN 1 Pusakanagara

Dalam buku Dasar-dasar Pendidikan, sekolah adalah lembaga atau organisasi yang melakukan kegiatan pendidikan berdasarkan kurikulum tertentu yang melibatkan sejumlah orang (murid dan guru) yang harus bekerja sama untuk suatu tujuan.  Interaksi di dalamnya membutuhkan energi yang besar terutama bagi kami para guru, sebagai ujung tombak yang bertanggung jawab pada anak dan orang tuanya.  Sekolah adalah medan kami…akan sangat mungkin sampai jiwa meninggalkan raga sebelum purna bakti.

Terakhir , kita diperintahkan untuk berjuang demi agama meskipun sampai menyerahkan nyawa.  Pahlawan bangsa gugur demi prinsip yang dia bela, namanya harum dikenang sepanjang masa, begitu banyak tanda jasa yang dia peroleh.  Bagaikan sebingkai foto yang tak pernah pudar warnanya di hati insan, itulah kami…pahlawan tanpa tanda jasa. (*)

Laman:

1 2
0 Komentar