Islam, Mudik dan Alternatif

Islam, Mudik dan Alternatif
Jaelani Husni 
0 Komentar

Memang, hakikat dari mudik adalah menyambung tali silaturahmi. Namun bukan berarti pertemuan langsung itu tidak diperbolehkan. Sah – sah saja siapapun bertemu dan bercengkrama dengan keluarga usai tidak lama bersua.

Namun, jika wabah virus korona belum dapat teratasi sampai menjelang mudik nanti, tidak melakukan mudik merupakan ikhtiar yang maslahat baik bagi dirinya, maupun keluarganya. Dengan kata lain, semua terselamatkan dari cengkraman maut virus yang mematikan. Inilah yang dimungkinkan Presiden Joko Widodo memutuskan untuk meniadakan tradisi mudik tahun sekarang.

Dalam hal ini, Islam sebagai suatu ajaran sangatlah praktis. Ia tidak mempersulit pengamalnya. Tetapi, jika ada kesulitan justru hal itu dibuat oleh individunya sendiri. Jika kita qiyaskan dengan peristiwa Islamisasi di masa lalu misalnya, mana mungkin Sunan Kalijaga memaksakan kehendaknya secara otoriter terhadap mereka yang masih memeluk agama lain untuk memeluk agama Islam ?

Baca Juga:Kadisparpora: Restoran Tetap Buka, Harus Perhatikan Protokol Covid-19Resinda Hotel Hadirkan Spesial Menu Ramadan Iftar

Jika demikian, mungkinkah Islamisasi akan berhasil? Namun apa yang terjadi, dengan pendekatan budaya, Sunan Kalijaga membaca, kemudian memahami situasi, lalu mengadaptasikan ajaran Islam dengan budaya setempat yang biasa disebut sebagai akulturasi dan asimilasi kebudayaan.

Tentu, peluang melahirkan budaya dan tradisi berikutnya dengan tetap bernafaskan ruh dan ajaran Islam ini tumbuh bak cendawan di musim hujan yang mampu membuat orang Jawa kala itu terpesona karena ajaran Islam familiar mengedepankan semangat toleransi, keterbukaan pemikiran dan bernilai seni yang tinggi sebagai kristalisasi Islam Rahmatan Lil Alamiin yang tengah digalakkan kini.

Alternatif
Saya amat setuju dengan kebijakan pemerintah terkait (nilai) mudik virtual. Ini adalah terobosan brillian yang mesti diamini segenap rakyat ditengah pandemi. Selain dapat menjadikan rasa aman bagi perantau dan keluarga, mudik virtual membuka peluang bagi mereka untuk tetap bersilaturahmi tanpa harus pulang kampung untuk saat ini.

Lagi-lagi, Islam, tradisi dan teknologi berintegrasi. Ajaran Islam tentang pentingnya silaturahmi, serta tradisi mudik dan teknologi sebagai produk budaya bersatu padu menjawab setiap tantangan yang datang. Walhasil, mudik virtual adalah hasil karya, karsa, cipta manusia yang mentradisi, sama halnya seperti mudik konvensional yang jika tidak memungkinkan boleh diurungkan karena sifatnya yang tak sakral, namun dinamis.

0 Komentar