Alun-alun Rengasdengklok Rawan Premanisme

Alun-alun Rengasdengklok Rawan Premanisme
RAWAN: Alun-alun Rengasdengklok saat terendam air hujan. Banyak dimanfaatkan warga untuk berjualan, namun rawan terjadi pemalakan. AJI/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

KARAWANG-Alun-alun Kecamatan Rengasdengklok yang terletak di depan gedung Kantor Kecamatan Rengasdengklok disinyalir rawan praktik premanisme.

Hal itu seperti yang disampaikan Rini (nama samaran), salah satu siswi SMA di Rengasdengklok. Menurutnya, pengunjung kerap didatangi orang dan dimintai sejumlah uang.

“Kadang ada yang dateng, dia mintain uang. Gak banyak sih paling dua atau lima ribu, tapi maksa. Kalau gak dikasih malah nungguin, ngakunya sih orang sini,” jelasnya, Jumat (13/3).

Baca Juga:Dampak Corona, Pergerakan Orang Asing Harus DibatasiBejad, Ayah Setubuhi Anak Kandungya Sendiri

Rini mengatakan, pemalak berdalih meminta sejumlah uang sebagai uang kebersihan dan keamanan. Namun menurut Rini fasilitas tempat sampah dan kebersihan masih tidak dikelola dengan baik. “Bilangnya sih uang keamanan sama kebersihan, tapi justru sampah masih berantakan,” katanya.

Hal senada diungkapkan oleh Yoko, warga Desa Rengasdengklok Utara. Menurutnya, praktik pemalakan memang ada di Alun-alun Rengasdengklok. “Iya emang suka ada yang mintain uang”.

Yoko mengaku beberapa waktu lalu sahabatnya baru saja dimintai uang ketika sedang berkunjung ke Alun-alun Rengasdengklok. “Jadi waktu itu teman Saya lagi nongkrong biasa gitu kan, eh didatengin orang maksa minta uang”, tuturnya.

Fafa, mahasiswa Unsika yang pada Juli 2019 lalu melaksanakan pogram Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Dewisari, Rengasdengklok menjelaskan, saat sedang berkunjung ke Alun-alun Rengasdengklok dirinya beberapa kali melihat beberapa orang dengan seragam polo shirt berwarna hitam menagih sejumlah uang ke para pedagang.

“Setiap kali Saya jajan ke sana pasti liat orang-orang itu mintain uang ke pedagang, ya setiap hari hitungannya mah. Bilangnya sih kayak patungan pedagang buat apa gitu, tapi ya patungan apa coba yang setiap hari ditarikin terus”, sambungnya.

Fafa juga mengucapkan, jumlah uang yang disetorkan pedagang tidak sama, mulai dari Rp2.000 hingga Rp5.000.

Salah satu warga setempat yang juga berdagang di sekitar Alun-alun mengaku, tidak pernah mendengar adanya tindak pemalakan yang dilakukan orang pemuda sekitar kepada pedagang maupun pengunjung. Menurutnya, praktik pemalakan yang terjadi bukan dilakukan oleh pemuda sekitar, melainkan oleh pemuda dari luar daerah.

Baca Juga:Antisipasi Corona, TGAA Terapkan Pemeriksaan Suhu TubuhTahun ini, Semua Wilayah Jadi Kampung KB

“Gak ada pemuda sini mah. Pemuda sini mah ya pada sibuk, sibuk dagang, sibuk jaga parkiran. Jadi gak ada tuh yang minta-minta uang ke pedagang sama pengunjung, paling orang luar yg kayak gitu mah,” ungkapnya.

0 Komentar