Bantuan Alat Pertanian Timbulkan Masalah

Bantuan Alat Pertanian Timbulkan Masalah
PERLU SOLUSI: Bantuan alat pertanian dari Kementan bagi petani Karawang dianggap menimbulkan masalah baru di lapangan. USEP SAEPULLOH/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

KARAWANG-Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Karawang menilai bantuan alat mesin pertanian (alsintan) dari Kementerian Pertanian untuk Kabupaten Karawang tidak tepat sasaran. Bahkan, ada beberapa jenis alsintan yang malah menimbulkan masalah di lapangan.

“Alsintan yang dikirim Kementan diantaranya berupa transplanter (alat tanam padi) dan alat mesin panen. Dua alat tersebut belum dibutuhkan petani Karawang. Jika digunakan akan mengurangi tenaga buruh tani,” ujar Ketua Komisi B DPRD Karawang, Danu Hamidi. Padahal, lanjut dia, 40 persen petani di Karawang adalah buruh tani yang mengandalkan upah dari bercocok tanam padi. Petani asli yakni mereka yang memiliki sawah jumlahnya semakin menyusut karena saat ini sawah di Kabupaten Karawang telah dikuasai warga luar daerah.

Menurut Danu, alsintan yang banyak dibutuhkan petani Karawang adalah alat pengolahan tanah (traktor) dan pompa air mesin. Namun dua jenis alsintan itu jumlahnya sangat terbatas. Hanya beberapa kelompok tani yang mendapatkannya.

Baca Juga:Tagihan Listrik PJU Capai Rp890 Juta per Bulan, Curiga Ada Pemakaian IlegalPastikan Layanan Publik, Bupati Umbara Sidak SKPD

“Di saat musim kemarau seperti terjadi saat ini, para petani cukup kesulitan mencari mesin pompa air dan traktor. Mereka harus menunggu giliran agar sawahnya bisa diolah atau dan terairi. Ironinya, dalam situasi seperti itu, muncul oknum yang malah menyewakan alsintan bantuan Kementan kepada para petani yang membutuhkan,” katanya.

Sementara, lanjut dia, alsintan berupa transplanter dan alat panen malah mangkrak tidak digunakan. “Untuk menghindari masalah di lapangan, tahub 2018, bantuan alsintan hendaknya dikelola oleh Dinas Pertanian dengan sistem pinjam pakai,” jelasnya.

Ia menambahkan, pada tahun Kementan seharusnya tidak mengirim alsintan berupa transplanter dan alat panen. Dana pembelian dua alat itu sebaiknya dialihka untuk bantuan pasca panen. Dengan demikian petani mampu mengelola hasil panennya sendiri, tanpa menunggu gabahnya dibeli tengkulak.

“Jika gabah paskapanen langsung dikelola dengan baik oleh petani, saya yakin petani lebih sejahtera,” katanya.
Danu bahkan mengaku sudah menyarankan kepada Dinas Pangan agar mengolah gabah petani Karawang menjadi beras dengan brand Beras Karawang. Beras terdrbut selanjutnya bisa dipasarkan langsung kepada ASN Karawang, sehingga ada nilai tambah bagi para petani juga bagi ASN.

0 Komentar