Darurat Ekologis, Pegiat Lingkungan Hidup Gelar Aksi Damai

Darurat Ekologis, Pegiat Lingkungan Hidup Gelar Aksi Damai
ASPIRASI: ratusan komunitas pecinta dan pegiat lingkungan hidup turun aksi damai di halaman pemda Karawang, Rabu (9/10). DEDDY SATRIA/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

KARAWANG– Kabupaten Karawang darurat ekologis, ratusan komunitas pecinta dan pegiat lingkungan hidup mengatas namakan masyarakat Karawang bersatu turun aksi damai di halaman pemda Karawang, Rabu (9/10).

Dalam aksi tersebut menyatakan 9 tuntutan permasalahan ekologis tidak diselesaikan sejak tahun 2014. ditampilkan teaterikal penari goyang Karawang ditutupi masker bau menyengat limbah-limbah pabrik industri

Koordinator aksi Rere mengatakan pihaknya menagih Janji pemilik kebijaksanaan selalu tidak di menepati janjinya, serta eksekutif dan legislatif tidak berupaya menyelesaikan permasalahan alam karawang.

Baca Juga:Minim Armada Pengangkut SampahPanitia Tetap Tolak Anggaran Hari Santri Nasional

“Penyelesaian terhadap permasalahan ekologis, kami meminta Sembilan tuntutan yang mengancam kelangsungan hidup masyarakat Karawang antara lain permasalahan pesisir Karawang, alih fungsi lahan, kondisi pegunungan sanggabuana, sampah impor, pertambangan, pencemaran sungai, limbah 3,kajian lingkungan hidup strategis, pencemaran sungai,” katanya.

Dikatakan Rere, permasalahan pertama adalah pesisir Karawang yang sudah 3 bulan masyarakat hidup di lingkungan tidak sehat akibat tumpahan minyak Pertamina. Sebab sampai saat ini tidak ada keterangan penyebab terjadinya kebocoran oli rih YYA-1 di 7 mil pesisir Karawang. Selanjutnya adalah permasalahan alih fungsi lahan yang jika dilihat dari foto udara tahun 1999 sampai saat ini, di Karawang merupakan daerah yang alih fungsinya paling masif. “Hal itu dibuktikan juga data lahan pangan berkelanjutan yang terus menyusut hingga ribuan hektar dan berbanding terbalik dengan jumlah penduduk,” katanya.

Tuntutan yang ketiga, lanjut Rere, permasalahan gunung Sanggabuna yang dijadikan objek pertambangan oleh korporasi sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan. Padahal disana terdapat 100 alur air sebagai sumber kehidupan dan sudah banyak yang rusak akibat pertambangan.

“Keempat adanya sampah import yang masuk ke Jawa Barat khususnya Karawang di Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan. Itu karena bahan baku industri kertas yang ada di wilayah itu,” katanya.

Sedangkan persoalan kelima, kata Rere, sampai saat ini permasalahan pertambangan yang belum selesai karena Karawang jadi incaran para pengusaha seperti PT JSI, PT MBP, Indorenus, Atlasindo sampai kelas CV yang secara sembunyi-sembunyi mengekploitasi alam di Karawang Selatan.

Keenam, Pencemaran sungai- sungai di Karawang telah mengalami Degradasi kelas sungai seperti Cilamaya, Cibeet, Citarum dan sungai yang lainnya. Dari rekam jejak 2015 seluruh sungai di Karawang mengalami pencemaran hingga saat ini,”Permasalahan belum terselesaikan antara lain di bendung Barugbug, Desa Situdam Kecamatan Jatisari atau sungai Cilamaya yang diduga oleh limbah Industri di dua kabupaten yakni Subang dan Purwakarta,” ucapnya.

0 Komentar