Sisi Lain Gemerlapnya Proyek PLTGU Jawa-1 Cilamaya

Sisi Lain Gemerlapnya Proyek PLTGU Jawa-1 Cilamaya
SISI LAIN : Eks penjaga pintu pengairan di Cilamaya, hijrah jadi pedagang di sekitar lokasi proyek PLTGU Jawa-1.
0 Komentar

Penjaga Pintu Air, Hijrah Jadi Pedagang Nasi

KARAWANG-Hingar-bingar pembangunan mega proyek PLTGU Jawa-1, di Desa Cilamaya, Kecamatan Cilamaya Wetan, Karawang, sudah terasa sejak akhir tahun 2017 silam. Setahun berselang, efek domino dari pembangunan pembangkit listrik terbesar di Asia Tenggara itu, sudah mulai terasa manfaatnya di lingkungan masyarakat.

Tak seperti hari-hari sebelumnya. Wawan (74), selalu bangun pagi dini hari untuk memulai harinya lebih awal. Tangan kriputnya yang masih terlihat kekar, nampak bersemangat membantu sang istri menanak nasi menjelang adzan Subuh.

Eks penjaga pintu air untuk pertanian di Cilamaya itu. Memutuskan untuk hijrah, menjadi pedagang nasi di sekitar proyek. Untuk menyambung hidup dan memperbaiki perekonomian keluarganya.

Baca Juga:Warga Subang Siap-siap Adu Skill, Antisipasi Ekspansi Tenaga Kerja AsingHanoman Ngerock

“Saya sudah jadi Wakar (penjaga pintu air) sejak tahun 1971. Waktu itu masih ada Belanda di Cilamaya,” ungkap Wawan, Sabtu, (30/11) kemarin.

Kehadiran proyek besar seperti PLTGU Jawa-1 di lingkungan tempat tinggal Wawan. Tak hanya merubah status pekerjaannya yang sudah melekat. Namun juga berhasil merubah status perekonomian keluarganya. Dari semula keluarga pra-sejahtera, menjadi sejahtera.

“Lebih baik menjadi tukang nasi untuk pekerja proyek. Karena perekonomian keluarga saya lebih baik. Bahkan, jauh lebih baik,” ujarnya.

Wawan menceritakan, sejak 30 tahun silam. Ia dengan sangat lukun, menekuni provesinya sebagai Wakar alias tukang jaga pintu pengairan.

Saking getolnya, kata Wawan, masyarakat menjulukinya dengan nama Wawan Wakar. Karena, provesinya yang sudah puluhan tahun melekat pada nama kakek satu anak itu.

“Kalau dipengairan saya mengalami semua perkembangan peningkatan upah. Dari semula hanya Rp. 30 ribu, sampai terakhir Rp. 350 ribu, semua saya mengalami,” katanya.

“Tapi dengan adanya proyek ini, kami sekeluarga memutuskan untuk hijrah. Saya sedikit demi sedikit belajar menanggalkan nama Wakar dibelakang nama saya. Dengan menekuni provesi sebagai tukang nasi,” jelasnya.

Baca Juga:Tubuh Bendungan Sadawarna Ditargetkan Selesai Akhir TahunJalan Tol Layang Jakarta-Cikampek Diresmikan

Memberi makan puluhan pekerja proyek. Membuat penghasilan Wawan meroket. Ia mencatat, dalam satu hari, keuntungan bersih yang ia dapat sekitar Rp. 600 ribu.

Sementara, penghasilan selama satu bulan untuk penagihan invoice ke mandor pekerja proyek. Bisa mencapai Rp. 4 juta per bulan.

0 Komentar