Jokowi dan Panggung Politik Corona

Jokowi dan Panggung Politik Corona
0 Komentar

Tanpa berkata gamblang, Jokowi setuju proyek infrastruktur ditunda atau bahkan ada yang batal. Kebijakan subsidi sekitar Rp400 triliun mencegah dampak Covid-19, pun upaya pendekatan meredakan gejolak masyarakat yang bisa berujung kemarahan karena frustasi ekonomi.

Budaya kita berbeda dengan Eropa, fondasi ekonomi masyarakat kita masih rapuh. Sebanyak 70,5 juta jiwa adalah pekerja informal. Mereka berpendapatan harian, serabutan dan pekerjaan yang bergantung pada “keramaian”. Saat diberlakukan work from home, atau lockdown otomatis mereka tidak bekerja. Tidak ada keramaian terminal, pelabuhan, mall, restoran hingga ramainya pasar.

Benar, ekonomi bisa pulih, nyawa tidak bisa kembali. Ada pula pepatah crisis is opportunity. Tapi semua harus dihitung. Toh kita juga tidak mau asal hidup. Asal ada. Serba asal. Kita ingin hidup dengan ekonomi baik. Kita harus sembuh dari virus, lalu bisa makan dan sekolah.

Baca Juga:Empat Pejabat Eselon Dua di KBB DirotasiJalan Putus di Kalijati Mulai Diperbaiki

Apa tidak belajar ke Italia? Ya, jelas Italia bakal jadi “mangsa” empuk covid-19. Sebab 23 persen penduduk Italia berusia 65 tahun. Negara dengan penduduk tua terbanyak kedua di dunia setelah Jepang. Mereka terlambat melindungi orang sepuh. Kematian di sana 86 persen yang berusia di atas 70 tahun.

Maka, lockdown di Italia gagal total!

Ini belum berakhir. Jurus Jokowi juga masih banyak. Jika Corona merajalela, bisa saja karantina ibu kota. Tapi dalam benak publik, dan yang akan digaungkan seterusnya, adalah pembatasan sosial besar-besaran. Panggung politik kepeduliaan Jokowi untuk rakyat kecil tetap Ia genggam.

Begitulah, politik selalu punya panggung dalam arena apa pun. Sebab hidup, kata Godbless, hanya panggung sandiwara. Pemainnya bisa ganti kapan saja. Demikian pula jika disederhanakan menurut Erving Goffman.

Semoga semua bencana ini segera pulih. Amin.(***)

*Pemimpin Redaksi Pasundan Ekspres

Laman:

1 2
0 Komentar