Memadukan Literasi Religi Dan Teknologi Dalam Pembelajaran Daring Selama Pandemi

Memadukan Literasi Religi Dan Teknologi Dalam Pembelajaran Daring Selama Pandemi
0 Komentar

Salah satu contoh kasus pembelajaran tersebut adalah bisa dilihat dari cuplikan berita di situs tirto.id. Ada siswa yang stres, burnout, nge-drop, jenuh, bahkan masuk IGD saat belajar daring selama musim COVID-19. Sebut saja seorang siswa yang berinisial DR, remaja 17 tahun, harus mengubah aktivitas sekolahnya selama pandemi COVID-19.  Sebelum pandemi, siswi ini biasa mengikuti kegiatan OSIS dan basket sebanyak tiga sampai empat kali setiap minggu. Sekolahnya menerapkan belajar daring sejak pertengahan Maret 2020. Sejak itu ia mudah mengalami rasa jenuh. Kelas daring minim interaksi . Tugas -tugas sekolah menumpuk setiap hari.

Mengacu pemberitaan tersebut, kita dapat mengerti mengapa hasil survei UNICEF  begitu tinggi. Itu baru dari tipe belajar saja. Jika kita kaitkan dengan tingkat ekonomi siswa, maka akan lebih kompleks lagi permasalahan yang terjadi. Siswa yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi tinggi, maka tentu tidak akan bermasalah dengan beragam aplikasi yang memerlukan banyak kuota. Namun bagaimana dengan siswa dari keluarga ekonomi yang rendah? Ditambah lagi jika orang tua siswa tersebut terkena dampak juga dengan adanya pemutusan hubungan kerja di tempat ia bekerja.

Jika kondisi keluarga demikian, kemungkinan yang terjadi adalah siswa tidak betah di rumah karena orang tua yang juga stress karena tidak ada pemasukan, sehingga yang menjadi korban kemarahan biasanya adalah anak. Mungkin inilah salah satu faktor penyebab bahwa 66% siswa tidak nyaman belajar di rumah. Hasil survei UNICEF tadi membuat kita sebagai orang tua dan pendidik harus kembali merenungkan bagaimana konsep pola pembelajaran ke depan.

Baca Juga:KOMODOKu Sasaran Kantung KapitalisKlaster Jumbo Mengintai Pilkada Serentak

Permasalahan ini harus segera kita pikirkan bersama, karena kita tidak tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Untuk bisa bertahan bahkan menang dalam menghadapi pandemi ini, agar hal buruk seperti di atas tidak lagi terjadi, ada dua  proses kegiatan yang bisa dilakukan bersama antara orang tua dan anak di rumah. Proses kegiatan literasi religi dan literasi teknologi. Mengapa literasi religi dan teknologi? Dua hal ini harus terus diasah dan dikembangkan sebagai bekal untuk orang tua dan juga anak agar tetap sehat secara jiwa, selain raga tentunya dengan mengonsumsi makanan sehat.

0 Komentar