Memaknai Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Bagian Ke Empat “Putu Wijaya”

Memaknai Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Bagian Ke Empat "Putu Wijaya"
0 Komentar

Adil juga bebas melakukan apa saja asal tidak bertentangan dengan hukum. “Ab imo pectore”, keinginan dasar untuk aman dari lubuk hati yang yang paling dalam. Mungkin itu adil bagi masyarakat kecil. Termasuk adil dalam perspektif melihat fakta di luar dirinya. Seperti diskriminasi perlakuan hukum, sosial, budaya dan politik terhadap objek atau individu diluar dirinya.

Karena rakyat itu jumlahnya banyak, 271.066.000 orang menurut perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, makna adil tentu persepsinya bisa jadi sejumlah itu.

Repotkan?

Maka ikuti nasehat Kiai Haji Husen Muhammad, kiai dari Arjawinangun Cirebon. Menurut Kang Husen, begitu dia sering dipanggil, mewujudkan kehidupan yang damai, mewujudkan tatanan sosial yang sejahtera, dan mewujudkan keadilan bagi kemanusiaan, adalah landasan untuk berbuat adil. Landasan ini boleh dipakai siapa saja. Jika yang tidak mau pakai landasannya Kiai Husen, silahkan, asal tak mencederai rasa kemanusiaan. Bukan begitu Kang Husen?
Berbuat adil berbeda dengan menegakkan keadilan. Berbuat adil itu, bisa untuk diri sendiri, keluarga, orang lain, masyarakat, negara, agama/tuhan dan adil untuk lingkungan/alam raya. Bentuk berbuat adilnya boleh macam-macam. Asal tidak berdasarkan kepentingan sendiri, semau sendiri dan bener sendiri. Tetap harus berlandaskan maqoshid al-syariah, Imam Syatibi.

Baca Juga:Video Mesum di Halte Bus Viral di Twitter, Polisi Lakukan PenyelidikanPlt Kadinkes Orang Pertama Divaksin di Karawang

Soal menegakkan keadilan, ini agak rumit. Sebab tidak semua orang bisa menegakkan keadilan. Berabe jika semua orang bisa menegakkan keadilan secara sendiri-sendiri. Yang terjadi bisa jadi seperti dalam cerita “Keadilan” Putu Wijaya. Sebab perspektifnya jadi berbeda dan sarat kepentingan diri sendiri.
Lah, lalu siapa yang berhak menegakkan keadilan? Harusnya penguasa!

Apakah tukang sol sepatu bisa men-sol kehidupan yang dianggap tidak adil?Tentu bisa.
Siapapun yang memiliki pemikiran “waras” dan peka kemanusiaan harus bersama menegakkan keadilan. Caranya, bisa disampaikan dengan berbagai macam cara. Bisa dengan demo, protes, kirim surat pembaca ke redaksi Pasundan Ekspres, hingga lapor Pak Lurah. Ketika menyampaikannya juga boleh sendiri-sendiri, berkelompok seperti bermain bola kasti, atau mengajak orang sebanyak-banyaknya seperti mau nonton konser dangdut Rhoma Irama. Asal jangan anarkis, tertib dan menjaga protokol kesehatan.

0 Komentar