Memaknai Sila Kedua “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” Bagian Ke Tujuh “Pengungsi”

Memaknai Sila Kedua “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” Bagian Ke Tujuh "Pengungsi"
0 Komentar

Rohingya Ras Asli Myanmar, namun berlawanan dengan mayoritas rakyat Myanmar yang Sino-Tibet. Tapi tetap saja, karena tak sama agama,warna kulit, budaya, dan identitas, Rohingnya ditolak, dianggap bukan Bangsa Myanmar.

Beda warna kulit, agama, paham, keyakinan dan pilihan politik bisa menjadi alat untuk menistakan, menyesatkan, mengusir, merusak, menjarah, membakar bahkan memperkosa nilai kemanusiaan. Dipersekusi, didiskriminasi, bahkan jika perlu dilenyapkan. Hingga tak ada etnis yang berbeda di muka bumi ini, selain identitas yang sama dengannya.

Padahal Tuhan menciptakan manusia dalam berbagai macam suku, budaya, bangsa dan agama. Agar mereka saling mengenal -berkolaborasi, bekerjasama, dan menghargai, bukan untuk saling meniadakan.

Baca Juga:Dua Oknum ASN Ditetapkan Tersangka, Tapi Masih Terima Gaji 50 PersenMasih Berperang Lawan Covid-19, Pemcam Pabuaran Ajak Warga Patuhi Prokes Pemcam

“Setiap orang pasti rindu kampung halamannya. Rindu atas kemerdekaan dan hidup secara merdeka. Kalau disini, kami seperti dipenjarakan sebetulnya. Cuma kami mau bagaimana lagi, kami harus bersabar karena ini bagian dari ujian” ungkap Tajul salah satu pengungsi Syiah di Transito Sidoarjo.

Gumaman lirih “tak merdeka” Tajul di atas, juga pada pengungsi Ahmadiyah di Lombok Utara dan mungkin juga pengungsi Rohingnya. Dan tentu para pengungsi di seluruh dunia, yang terusir dari tanah kelahirannya. Tak merdeka di negeri sendiri. Seperti juga Aung San Suu Kyi yang direbut kemerdekaannya oleh Junta. Seolah karma, yang tak memerdekakan Rohingnya ketika dirinya merdeka.

Agama hadir untuk memuliakan manusia dan menghargai kemanusiaan. Bukan dijadikan alat untuk menistakan kemanusiaan atas nama beda keyakinan, agama, warna kulit, dan seabrek identitas lainnya, yang disematkan oleh para “juru da’wah” tak tulus.

“Penindasan serta kesewenang-wenangan
Banyak lagi, teramat banyak untuk disebutkan
Hoi hentikan, hentikan jangan ditersukan
Kami muak dengan ketidakpastian dan keserakahan”P

asti pembaca kenal lirik lagu Virgiawan Listanto tersebut. Teramat banyak untuk disebutkan tragedi kemanusiaan yang terjadi. Hentikan! Jangan diteruskan! Jangan keserakahan, klaim kebenaran dan kepentingan-kepentingan lainnya membutakan mata hati.U

ndang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 29 menyebutkan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaanya.“

0 Komentar