Mengorkestra Pembelajaran Era Milenial: Sebuah Seni Pembelajaran

Mengorkestra Pembelajaran Era Milenial: Sebuah Seni Pembelajaran
0 Komentar

Pekerjaan-pekerjaan yang dulu belum ada, kini dengan peran internet menjamur dan menghasilkan jutawan baru. Progammer, content director, yuoutuber, blogger, selebgram dan lain sebagai nya adalah sesuatu yang saat kita masih di bangku sekolah belum dikenal, namun kini menjadi profesi yang menjanjikan sekaligus tantangan.  Oleh karena itu, sektor pendidikan merupakan sektor paling menentukan dalam mempersiapkan generasi saat ini untuk menghadapi perubahan tersebut, karena menurut Bill Gates, internet adalah gelombang besar yang akan menyapu habis beragam industri. Internet juga akan menenggelamkan mereka yang tak belajar berenang di tengah gelombangnya.

Faktanya saat ini, salah satu tempat yang beroperasi dengan cara yang sama seperti 50 tahun yang lalu adalah sekolah. Sangat menyedihkan pasti nya, terlebih ada sebuah pameo yang cukup membuat miris di hati sekaligus membuat kita sebagai guru harus merefleksi kembali tentang fungsi kita di sekolah. Pameo tersebut berbunyi : “ Sekolah nya abad 19, guru nya abad 20, siswa nya abad 21.

Pameo tersebut tidak perlu kita anggap sebagai hinaan, karena fakta di lapangan memang masih seperti itu. Masih ada guru-guru yang mengajar hanya sebatas menunaikan tugasnya. Mentransfer ilmu dengan metode yang ia lakukan sama dengan 10 atau 20 tahun yang lalu. Padahal kita semua tahu bahwa zaman telah berubah.

Baca Juga:Tahun Baru, Istilah Baru, Akankah Pandemi Berlalu?Sempurnanya Jaminan Sosial dalam Islam

Sebagai seorang guru zaman now, kita harus benar-benar mendefinisikan ulang arti sebuah proses pembelajaran. Apakah pembelajaran itu sekedar transfer ilmu yang dilakukan hanya di ruang kelas? Apakah pembelajaran itu hanya jika guru menjelaskan di depan kelas dan para siswa menyimak apa yang disampaikan? Apakah pembelajaran itu hanya sekedar membuat siswa menyelesaikan kompetensi-kompetensi dasar yang ada dalam silabus?  Jarak bukan halangan karena jarak tidak mengenal distribusi spasial dengan pendekatan teknologi, bagaikan petak dalam sawah yang dihubungkan oleh pematang dan ketika pematang tersebut dibuka dan diberi lubang maka air akan akan mengalir ke segala penjuru sawah tersebut.

Kalau hanya seperti itu, maka pembelajaran yang kita lakukan saat ini benar-benar akan sangat membosankan. Bila sudah membosankan, maka siswa akan malas belajar. Jika siswa malas belajar, apa yang akan mereka terima dalam kelas? Maka guru dituntut untuk selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran, ini menjadi tuntutan tak terlepaskan.

0 Komentar