Negeri Pemuja Youtuber

Negeri Pemuja Youtuber
0 Komentar

Berbeda dengan para cendikiawan tersebut, di negeri kita sendiri justru pendidikan masih belum bisa melahirkan para cendikiawan yang berani menentang ketidakadilan yang selama ini masih sering kali menghampiri orang-orang yang tidak berdosa. Alih-alih menciptakan pendidikan yang baik, tetapi justru di negeri kita ini, pendidikan seolah-olah menjadi tidak jelas, dan tidak bisa membuat generasi muda untuk mempunyai ide-ide yang revolusioner.

Misalnya saja yang terjadi kemarin ini, di mana publik sempat dihebohkan dengan soal ulangan kenaikan kelas (UKK) Sekolah Dasar, yang berada di Kota Serang. Pada soal tersebut, terdapat beberapa pertanyaaan pilihan ganda perihal Youtuber yang bernama Atta Halilintar. Selain itu juga, di dalam soal tersebut dinyatakan bahwa Atta Halilintar adalah Youtuber dengan penghasilan sekitar 579 juta rupiah, hingga 9 miliar rupiah per bulan.

Tentu saja dengan adanya hal tersebut, sudah menunjukkan bahwa negeri ini tidak mempunyai keseriusan dalam membangun pendidikan yang berfungsi, untuk mendorong agar para generasi muda mempunyai ide-ide yang revolusioner. Nampaknya juga, negeri ini lebih bersemangat untuk membangun generasi muda, agar menjadi seseorang yang menghasilkan uang yang cukup banyak. Sehingga dengan adanya peristiwa mengenai Atta Halilintar tersebut, dapat menggambarkan bahwa ada suatu pegeseran paradigma mengenai pendidikan.

Baca Juga:Pemdes Jatimulya Pasang Dolken untuk Tahan LongsorKelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Kecewa soal Pondok Bali

Dimana yang awalnya pendidikan itu selalu dipandang sebagai sesuatu yang dapat mengubah orang yang awalnya bodoh, kemudian ia menjadi orang yang pandai. Tetapi karena adanya peristiwa tersebut, pendidikan seolah-olah menciptakan paradigma baru, yaitu pendidikan kini dipandang sebagai sebuah cara untuk menjadikan seseorang untuk menghasilkan uang sebanyak-banyaknya.

Nampaknya negeri ini telah menjadikan pendidikan sebagai sarang kebodohan, sehingga di dalam sarang tersebut, para siswa-siswi tidak pernah mendapatkan suntikan intelektual yang dapat membuat dirinya menjadi seseorang yang mengutamakan akal sehatnya. Bahkan kebodohan tersebut terus-menerus dipelihara sampai mereka menganggap bahwa kebodohan tersebut, adalah hal yang dapat membuat mereka menjadi seseorang yang sukses di masa depannya.

Pada saat ini, negeri kita tidak akan peduli, dengan sebarapa lama para siswa-siswinya menghabiskan waktu untuk membaca buku, tetapi dengan adanya peristiwa tersebut menunjukkan bahwa negeri kita akan peduli dengan para siswa-siswi yang menghabiskan waktunya untuk menonton Youtube.

0 Komentar