Banjir Bukan Takdir

Banjir Bukan Takdir
0 Komentar

Oleh: Fauzan Muhammad Rafi & Arif Jauhari
Mahasiswa dan Dosen F. Geografi UMS, Anggota KMPA Giri Bahama

Beberapa hal yang selalu mengelitik dan menjadi pertanyaan penulis salah satunya adalah “apa yang tidak dapat dikurangi sedikitpun dari bumi ini? Air, ya… air!
Air adalah benda yang sama sekali tidak dapat dikurangi sedikitpun dari bumi ini, bagaimanapun usaha kita untuk mengurangi air, baik menguapkan, membekukan, bahkan meminumnya air akan selalu kembali menjadi, air hanya akan berubah wujud kebendaannya.

Air laut atau tubuh air yang ada di bumi akan mengalami evaporasi atau penguapan dan air yang ada pada tumbuh-tumbuhan akan mengalami transpirasi, uap air akan mengalami kondensasi kemudian menjadi awan, awan akan mengalami presipitasi yang lebih sering kita kenal dengan sebutan hujan, selanjutnya air-air ini ada yang meresap ke dalam tanah, tertahan pada tumbuhan atau tanah, terkumpul di sungai atau danau, atau mengalir ke laut, proses ini akan terulang secara terus-menerus. Begitulah siklus air, dapat kita ibaratkan sebagai satu lingkaran sempurna yang tidak akan bisa diputuskan.

Baca Juga:Diduga Urusan Asmara Perempuan di Binong Disiram Air Keras di Wajahnya, Pelaku Diamankan Reskrim Polres SubangJadwal Pemadaman Listrik Besok, Kamis 21 Januari 2021, Cek Lokasinya di Sini

“Sama seperti tanah, angin, maupun api, air yang cukup akan menjadi teman dan air yang terlampau banyak akan mengancam”.

Berkaitan dengan siklus air dibumi, atau biasa kita sebut dengan siklus hidrologi, banjir merupakan salah satu ancaman nyata dari air yang terlalu banyak jumlahnya. Bencana banjir yang tercatat oleh BNPB dalam kurun waktu 1 Januari – 30 Agustus 2020 saja ada 726 bencana banjir. Banjir seperti sudah menjadi langganan tiap tahun masyarakat di banyak titik di Indonesia. Paling anyar ialah bencana banjir yang terjadi di daerah Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus, banjir yang terjadi disana sangat merugikan para petani, sekitar 5000 hektar lahan garapan petani dengan nilai produksi sekitar 40.000 ton gabah dan kerugian biaya produksi diperkirakan mencapai 45 miliyar rupiah tergenang akibat banjir terebut.

Jumlah kerugian itu mungkin ternilai sedikit dimata para pejabat-pejabat ataupun pengusaha-pengusaha negeri ini, tapi itu sudah merupakan jumlah yang teramat besar untuk mereka, untuk pahlawan pangan: untuk petani.

0 Komentar