Panas Terik Berkah bagi Pengrajin Genteng Plered

Panas Terik Berkah bagi Pengrajin Genteng Plered
BERKAH: Pengrajin genteng Plered yang menuai berkah disaat panas terik. DAYAT ISKANDAR/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Tetap Berkarya Meski tak Diliri Proyek Pemerintah

Panas terik di musim kemarau, menjadi berkah bagi sebagian pihak. Salah satunya adalah para buruh dan pengrajin genteng di Kecamatan Plered.

DAYAT ISKANDAR, Plered-Purwakarta

Panas terik, yang menjadi pertanda khas musim kemarau bisa jadi menuai dampak susulan. Seperti sumur kering dan terlambatnya masa tanam sejumlah komoditi pertanian akibat minimnya pasokan air.

Namun, sejak musim kemarau merambat menggantikan musim hujan kurang lebih 5 bulan lalu, para pengrajin genteng di Plered Purwakarta yang hingga kini tetap bertahan memproduksi genteng menyambutnya dengan rasa optimistis.

Baca Juga:Operasi Libas Lodaya, Polisi Ringkus Belasan KriminalWarga Salat Istisqo, Hujan Guyur Darangdan

Seperti yang disebutkan Ujang (39) seorang pengrajin genteng warga Desa Rawasari Kecamatan Plered. Datangnya musim kemarau disebutnya sebagai musim kerja keras, untuk menggenjot produksi genteng secara maksimal.

“Persoalanya, karena genteng yang berbahan baku tanah liat, Butuh pemanasan cukup, sebelum dibakar dihawu (steem pemanas) berbahan bakar kayu,” katanya.

Menurutnya, sorot sinar matahari musim kemarau masih sangat dibutuhkan untuk upaya pengeringan. “Para pengrajin di sini masih menggunakan tatacara tradisonal,” ungkapnya.

Musim kemarau, merupakan saat yang pas para pengrajin genteng menggenjot produksi. Meski tak semua hasil genteng yang dipanaskan (dijemur) dibawah terik juga mulus 100 persen ada resiko retak.

“Kalau ada yang retak-retak saat dijemur, kita sortir,” imbuh Ujang, yang mengaku mampu memproduksi genteng sekitar 500-800 pcs genteng perharinya.

Soal panas menyengat tubuh, para buruh genteng saat proses penjemuran diabaikan. “Itu demi tetap bertahan produksi sebab selama kemarau kami anggap berkah,” kata Ujang sambil sesekali menyeka peluh yang membasahi wajahnya.

Diakui Ujang, sejak bermunculannya produk genteng pabrikan yang disusul dengan bermunculannya proyek-proyek yang didanai anggaran pemerintah, mereka banyak yang tak menggunakan produk pengrajin genteng tradisional Plered. Seiring dengan itu, usaha para pengrajin genteng Plered banyak yang kolaps.

Baca Juga:Pemkab Subang Agendakan Rotasi Mutasi Sore IniKabid Pemdes Dispemdes Subang Ingatkan Penggunaan Dana Desa

Sebagian juragan genteng dan banyak juga buruh buruhnya banyak yang alih profesi menjadi usaha batu belah. Kini banyak diusahakan sekitar gunung di Plered.

“Kami pengrajin genteng tradisional yang tetap bertahan hanya mampu mengelus dada, saat produk genteng kami tak lagi dilirik sebagai bahan bangunan utama, yang didanai proyek proyek pemerintah,” papar Ujang lirih.

0 Komentar