OPINI  

Pendekatan Holistik dalam Geografi Ala Montessori

Oleh
Yuanita Dwi Parasta (Guru Penggerak Kabupaten Lampung Timur)
Drs.Priyono,MSi (Dosen Senior pada Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta)

Pendidikan merupakan landasan utama bagi perkembangan individu, dan metode pembelajaran yang diterapkan dalam kelas memegang peran penting dalam membentuk potensi dan kepribadian siswa. Salah satu pendekatan yang telah lama dikenal dalam dunia pendidikan adalah pendekatan Montessori, yang telah membuktikan diri sebagai salah satu cara yang efektif untuk memfasilitasi proses belajar siswa secara holistik.

Pendekatan Montessori, yang dipopulerkan oleh Dr. Maria Montessori dari Italia, adalah sebuah filosofi pendidikan yang menekankan peran sentral anak dalam proses pembelajaran mereka. Pendekatan ini adalah pendekatan yang berakar pada pengertian bahwa setiap anak adalah individu yang unik, dengan potensi, minat, dan kebutuhan belajar yang berbeda satu sama lain.

Pendekatan Montessori menghargai perbedaan ini dan memberikan anak kebebasan untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya sendiri, dalam suasana yang mendukung untuk pembelajaran yang bermakna.

Pendekatan Montessori dalam pendidikan bukan hanya tentang metode pengajaran, tetapi juga sebagai filosofi yang melihat pendidikan sebagai alat untuk mempersiapkan siswa menjadi individu yang paham, kreatif, dan bertanggung jawab dalam masyarakat global. Artikel ini akan menjelajahi bagaimana pendekatan ini menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang penting untuk masa depan yang cerah, khususnya dalam pembelajaran geografi di kelas.

Pembelajaran geografi memiliki peran penting dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang dunia. Geografi membantu siswa memahami keragaman bumi, baik dalam hal geografi fisik seperti gunung, sungai, dan iklim, maupun geografi manusia seperti budaya, bahasa, dan populasi. Hal tersebut memungkinkan siswa untuk menghargai kekayaan dan perbedaan dunia.

Pembelajaran geografi juga membuka mata siswa terhadap peristiwa global, hal ini membantu siswa mengikuti berita dan peristiwa dunia dengan lebih baik, serta memahami dampaknya pada masyarakat lokal dan global. Pembelajaran geografi juga membantu siswa memahami hubungan antara manusia dan lingkungan, serta membaca peta dengan mudah dan efektif, bahkan dengan belajar geografi siswa dapat memahami dan menghormati budaya, tradisi, dan kepercayaan lainnya, memahami perkembangan sejarah dunia, dan pastinya memahami konsep ruang dan tempat.

Penerapan prinsip Montessori melibatkan penggunaan metode dan pendekatan yang sesuai dengan filosofi Montessori yang berpusat pada anak. Pendekatan Montessori menjadikan beragam materi geografi yang dapat dirancang khusus untuk memfasilitasi pemahaman geografi siswa, termasuk peta fisik dan politik, globe, puzzle benua, dan model geografi lainnya. Penggunaan materi ini dapat membantu siswa memvisualisasikan konsep geografi dengan cara yang konkret dan nyata. Penggunaan media pembelajaran yang disederhanakan dalam peta, globe misalnya menjadikan penguasaan keruangan obyek geografi lebih dipahamai baik pola maupun keterkaitan obyek sehingga memberikan makna yang lebih luas, comprehensive dan menarik termasuk membuat sebuah proyeksi atau kejadian yang akan yang mungkin bisa terjadi pada masa yang akan datang dengan memahami keterkaitan antar fenomena geografi dalam ruang. Perkembangan tehnologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis akan sangat menunjang model Montessori.

Pemahaman pendekatan geografi tentang obyek geografi yang dipelajari baik mengenai pola keruangan, sistem keruangan maupun proses keruangan obyek geografi di permukaan bumui bisa dipahami dengan baik.

Prinsip utama dalam Montessori adalah memberikan siswa kontrol atas pembelajaran mereka sendiri. Dalam mata pelajaran geografi, hal ini dapat diwujudkan dengan memberikan siswa kebebasan untuk memilih topik penelitian mereka, mengatur jadwal mereka sendiri, dan menentukan cara terbaik untuk menjelajahi materi geografi. Montessori sangat mendorong perkembangan kemandirian. Siswa diajarkan untuk merencanakan dan melaksanakan proyek-proyek geografi mereka sendiri. Hal ini membantu mereka mengembangkan keterampilan penelitian, pemecahan masalah, dan kreativitas.

Montessori juga mengajarkan tentang sensitivitas lingkungan, yang juga penting dalam pembelajaran geografi. Siswa diajak untuk memahami dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan dan mengembangkan sikap yang bertanggung jawab terhadap alam. Selain itu, Montessori mendorong belajar mandiri dan pengalaman langsung.

Penerapan model ini, dalam geografi bisa dilakukan melalui studi lapangan ke lokasi geografis, eksplorasi alam, dan pengalaman langsung dengan elemen geografi seperti sungai, gunung, pantai, angin,ombak, kehidupan di daerah pegunungan, di daerah dataran, kondisi perkotaan , pedesaan dan lingkungan lokal.

Metode Montessori mendukung pemahaman mendalam. siswa diajarkan untuk menjelajahi konsep geografi dengan lebih dalam, bukan hanya menghafal fakta.

Mereka menggali makna di balik fenomena geografi dan mengembangkan pemahaman yang tahan lama. Dalam pengajaran geografi, siswa diajarkan juga tentang bagaimana geografi berhubungan dengan mata pelajaran lain, seperti sejarah, ilmu pengetahuan alam, dan bahasa.

Walaupun Montessori dikenal dengan pendekatan yang berpusat pada anak, kerja kelompok juga memiliki arti yang sangat penting. Siswa diajarkan untuk berkolaborasi dalam penelitian dan proyek geografi, memfasilitasi belajar sosial dan komunikasi yang sehat. Penerapan prinsip Montessori dalam mata pelajaran geografi dapat membantu menciptakan pengalaman pembelajaran yang berpusat pada siswa, merangsang rasa ingin tahu, dan mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang dunia dan lingkungan sekitarnya. Hal ini juga memungkinkan siswa untuk menjadi pelajar yang aktif dan kreatif dalam pemahaman geografi.

Dalam lingkungan Montessori, siswa dapat belajar tentang iklim melalui eksplorasi peta dan globe. Mereka mungkin saja akan merancang proyek penelitian di mana mereka mempelajari iklim di berbagai wilayah dunia, memahami faktor-faktor yang memengaruhi iklim, dan mengidentifikasi dampaknya. Dalam hal ekosistem, siswa dapat melakukan studi lapangan di alam, memahami interaksi antara organisme dan lingkungan mereka, dan belajar bagaimana menjaga ekosistem yang seimbang. Dalam konteks budaya, Montessori memberikan siswa pengalaman langsung dengan berbagai budaya melalui penggunaan peta politik dan presentasi tentang negara-negara di seluruh dunia. Mereka dapat belajar tentang tradisi, bahasa, makanan, dan sejarah budaya yang berbeda.

Kegiatan di luar kelas seperti penjelajahan alam dan studi lapangan adalah cara Montessori untuk memungkinkan siswa terlibat dalam pengalaman langsung.

Misalnya, siswa mungkin melakukan perjalanan ke hutan untuk mempelajari ekosistem yang beragam, mengidentifikasi tumbuhan dan hewan lokal, dan memahami interaksi dalam lingkungan tersebut. Mereka juga dapat mengadakan studi lapangan ke tempat-tempat historis, pusat kota, atau situs budaya untuk memahami lebih dalam aspek-aspek geografi manusia dan budaya. Selama penjelajahan alam dan studi lapangan ini, siswa diberi kebebasan untuk mengamati, bertanya, dan mencatat informasi yang mereka temui, yang merupakan langkah penting dalam pembelajaran geografi Montessori.

Eksplorasi langsung dan pengalaman di alam memiliki dampak positif yang signifikan pada pembelajaran siswa. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan rasa kekaguman terhadap alam dan dunia di sekitar mereka. Eksplorasi langsung juga memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan observasi, pemecahan masalah, dan pemahaman yang lebih dalam tentang geografi. Mereka dapat mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan dan pemahaman tentang pentingnya pelestarian alam.

Kesimpulannya, eksplorasi langsung adalah cara efektif untuk membuat geografi menjadi pengalaman belajar yang berkesan dan bermakna bagi siswa.

Perbedaan utama antara Montessori dan pembelajaran geografi konvensional adalah pendekatan berpusat pada anak yang ditekankan dalam Montessori.

Jika pembelajaran geografi konvensional seringkali lebih terstruktur dan berorientasi pada guru, maka Montessori memberikan siswa lebih banyak kebebasan dalam mengeksplorasi geografi sesuai minat dan tingkat perkembangan mereka.

Dalam Montessori, pembelajaran geografi tidak hanya tentang menghafal fakta, tetapi lebih menekankan pemahaman konsep dan pemecahan masalah. Dengan memungkinkan siswa untuk mengambil inisiatif dalam pembelajaran mereka, Montessori menciptakan pengalaman geografi yang mendalam, berkelanjutan, dan penuh gairah, yang berdampak positif pada pemahaman dunia dan apresiasi terhadap geografi.

Pendekatan Montessori mengajarkan siswa tidak hanya mempelajari fakta geografi, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat global. Mereka dibekali dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang keragaman dunia, sensitivitas terhadap lingkungan, dan persiapan untuk menjadi warga global yang bertanggung jawab. Dalam menghubungkan siswa dengan dunia geografi, pendekatan Montessori membentuk generasi yang paham, peduli, dan siap untuk menghadapi tantangan global. Berfikir keruangan adalah cara Montessori memahami obyek kajian geografi di permukaan bumi dan meningkatkan sensitivitas siswa ketika melihat beragam fenomena geografi baik dalam kelas maupun studi lapangan.