Penguatan Budaya Gotong Royong (Kolaborasi) melalui Professional Learning Community untuk Mewujudkan Sekolah Bermutu yang Berkebudayaan

Penguatan Budaya Gotong Royong (Kolaborasi) melalui Professional Learning Community untuk Mewujudkan Sekolah Bermutu yang Berkebudayaan
0 Komentar

  1. Menciptakan komunitas belajar produktif di antara sesama rekan guru di level sekolah.

Menjadi produktif karena guru akan terus mentransfer ilmunya dari satu guru ke rekan guru lainnya. Pelatihan guru hanya jadi stimulan awal. Secara mandiri guru terus memberi masukan, gagasan, ide, dan pengalaman-pengalaman yang pernah dilakukan kepada sesama rekannya. Guru-guru dapat saling mengobservasi pembelajaran satu sama lain, berdiskusi, dan merefleksikan pengalaman mengajar mereka masing-masing.

  1. Tidak mengganggu proses pembelajaran

Guru tidak harus meninggalkan siswa di sekolah karena pelatihan dapat terselenggara di hari Sabtu atau Minggu. Pelatihan dilakukan rutin setiap sebulan sekali atau bisa setiap seminggu sekali, sepulang sekolah,  disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan guru.

  1. Membangun kolegialitas yang baik di antara sesama guru

Jejaring komunitas belajar yang terbentuk otomatis akan membangun kolegialitas di antara sesama guru. Kolegialitas ini akan semakin berkembang dengan semakin intensnya guru melakukan pertemuan. Penyelenggaraan pertemuan dapat lebih santai dengan selingan ngaliwet atau ngarujak bareng.

Baca Juga:Pemdes Gempol Fokus Infrastruktur dan Pemberdayaan SeimbangNenek Ditemukan Tak Bernyawa di Toko

  1. Melatih sikap kemandirian belajar guru

Melatih sikap kemandirian belajar guru merupakan hal penting karena hal tersebut merupakan harapan akhir dan terpenting dari semua pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan. Jika keinginan belajar guru datang dari pemerintah (top-down) maka guru hanya sekedar tahu materi pelatihan, setelah berapa lama, lupa dan tidak pernah sempat menerapkannya di ruang kelas. Kini guru diharapkan sebagai subjek pembelajaran, mampu mengaktualisasikan diri, berfokus pada bagaimana cara guru belajar, dan belajar meregulasi diri.

  1. Merubah sistem kompetisi menjadi kolaborasi

Menjadikan guru senang berkompetisi melalui kolaborasi ini akan jauh menyenangkan dan jauh lebih hebat hasilnya dari pada berkompetisi secara individual. Segala sesuatu yang besar, selalu hadir dari sebuah tim. Kebersamaan akan membangun kebesaran keberhasilan, serta kepuasan lebih.  Di akhir bulan bagi guru yang berprestasi dapat disiapkan tunjangan prestasi bulanan, dan di akhir tahun ajaran, kepala sekolah dapat memberikan penghargaan pada komunitas yang memberikan hasil signifikan dan menunjukkan progress yang membanggakan.

  1. Menghemat pengeluaran sekolah untuk pelatihan guru

Dengan  sistem pelatihan mandiri, maka sekolah tidak perlu terlalu banyak mengeluarkan dana untuk melatih guru-guru ke luar. Jika kita ingin lebih mendapatkan suasana baru dengan dana terbatas, maka dapat diupayakan sistem kerjasama dengan orang tua yang memiliki kapasitas melatih atau bekerjasama dengan perusahaan yang memiliki program bantuan pelatihan kepada sekolah atau masyarakat.

0 Komentar