Pojok DIlan, Budaya Literasi, dan ketimpangan Ekonomi

Pojok DIlan, Budaya Literasi, dan ketimpangan Ekonomi
0 Komentar

Hal penting lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah ada perombakan besar-besaran yang terjadi di jajaran pimpinan teras ASN Pemprov Jabar. Belasan pos kepala dinas, kepala badan dan kepala biro sedang kosong dan diisi oleh para Pelaksana Tugas (Plt). Sejumlah Rumah Sakit yang dikelola pemprov juga tidak memiliki Direktur Utama yang definitif. Adanya  Tim Akselerasi Pembangunan yang diinfuskan ke jajaran pemprov  dikhawatirkan mengganggu sistem kerja internal di berbagai OPD. Untuk itu diperlukan magical touch  dari sang Gubernur agar semua kembali pada kinerja terbaiknya sebagaimana yang sudah terbangun pada masa sebelumnya.

Sebagai bentuk penghormatan kepada guru yang telah susah payah mendidik anak didiknya agar menajdi insan – insan yang berakhlak mulia, penulis berharap Gubernur Jabar dapat meninjau kembali keputusannya yang mengundang polemik itu. Mengubah nama tempat tersebut dengan nama – nama legendaris Sunda yang secara nyata telah berkontribusi bagi perkembangan kebudayaan Jawa Barat akan jauh lebih bermakna dan memberikan manfaat bagi generasi muda saat ini.

Jujur, penulis merasa sedih dan kecewa ketika nama tokoh dalam sebuah novel fiksi diberikan “penghargaan” atau disetarakan dengan mereka yang terbukti kiprahnya di tanah Pasundan.  Penulis bahkan merasa lebih sedih apabila ternyata perilaku sosok tersebut justru dijadikan “kiblat” oleh para remaja dalam menjalani kehidupan sehari – harinya. Menjadikan popularitas sebuah karya sebagai parameter untuk mengukur kualitasnya bukanlah cara yang tepat. Sebaliknya, kebermanfaatan karya (tulis) bagi para pembacanya seharusnya dijadikan hal utama dalam menilai baik atau tidaknya sebuah karya.(*)

Laman:

1 2 3
0 Komentar