Bingkai Peristiwa Penting di Subang Tahun 2020

Bingkai Peristiwa Penting di Subang Tahun 2020
0 Komentar

Dari Covid-19 Tak Kunjung Pergi, Pantura Langganan Banjir hingga Pelabuhan Patimban

Tahun 2020 segera berakhir. Setiap perjalanan waktu selalu memiliki cerita. Pasundan Ekspres merekam beragam cerita di kota Nanas, pada tahun dengan angka cantik itu. Dari mulai cerita menggembirakan masyarakat hingga mengharukan, dari harapan hingga kegagalan.

—Peristiwa—-
Covid-19: Sudah Cukup Satu Saja, Kini Tembus Lebih dari 1.000 Kasus
Bupati Subang, H. Ruhimat ketika itu berharap cukup hanya satu orang saja yang terkena Covid-19. Pernyataan itu disampaikan ketika ditemukan kasus pertama terkonfirmasi positif pada 3 April. “Sudah cukup satu saja (yang positif Covid-19 jangan sampai menyebar ke yang lain,” ungkap Bupati (7/4).
Berjalannya waktu, kasus konfirmasi positif terus bertambah. Hingga akhir tahun 2020 sudah tembus 1.000 kasus. Gugus Tugas Kabupaten Subang mencatat hingga 27 Desember tercatat 1.098 kasus, dengan kematian 53 orang.

Baca Juga:Tidak Masalah FPI Dilarang, Lahir Front Persatuan IslamRakerda Pemuda Muhammadiyah Subang Hasilkan Delapan Program Kerja 2021

Covid-19 berdampak pada segala aspek kehidupan, salah satunya pendidikan. Sejak pertengahan Maret, proses pembelajaran tidak sebagaimana mestinya. Siswa dan orang tua disibukkan dengan belajar daring. Banyak yang bilang tidak efektif, tapi mau bagaimana lagi daripada tatap muka beresiko terpapar Covid-19.

Namun di Desember ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Subang telah menyiapkan beragam skenario untuk pembelajaran tatap muka di Januari 2020. Sayangnya, lonjakan kasus terus terjadi. Mungkinkan tatap muka akan dilakukan? Kita masih tunggu kebijakan Pemda!

Pantura: Hujan Kebanjiran, Kemarau Kekeringan
Banjir, masyarakat Pantura sudah “berlangganan” kebanjiran. Sampai kapan Pantura bebas banjir? Akhir Februari 2020 banjir kembali melanda wilayah Subang bagian utara itu. Enam kecamatan terendam, mulai Tambakdahan, Compreng, Pusakajaya, Pusakanagara, Pamanukan hingga Legonkulon.

Banjir yang cukup besar terjadi Desa Mulyasari membuat sebagian warga mengungsi di bawah flyover Pamanukan. Ketinggian air mencapai 1,5 meter hingga 2 meter. Rasmin warga setempat mengaku, merupakan kali kedua dirinya mengungsi di bawah flyover Pamanukan sejak kali terakhir pada banjir 2014 lalu yang menerjang Pamanukan.
Masyarakat sudah jengah dengan bencana banjir itu. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Masyarakat Peduli Lingkungan (Mapeling) mempertanyakan janji dan komitmen Bupati Subang serta Gubernur Jawa Barat, soal upaya penanganan banjir di wilayah Pantura.

0 Komentar