Siapa Berani? (Ghozwul Fikri bag 2)

Siapa Berani? (Ghozwul Fikri bag 2)
0 Komentar

Penguatan sikap harus ditanam sejak usia dini. Ujian dari Nya tidak untuk satu golongan tapi bersifat personal dan tidak luput. Berjamaah diperintahkan tapi kebenaran itu utama. Walaupun hanya sendiri, jika kita benar maka itulah jamaah. Di akhirat pun kita tidak saling kenal. Ini juga berlaku bagi suatu negara, mengapa ragu menentukan hukum untuk bangsanya.

Tes keperawan, tes keperjakaan atau tes pernah melakukan hubungan seks di luar nikah bisa dalam bentuk questioner, tidak hanya melalui tes fisik saja dan ini tidak berisiko apapun. Beliau-beliau para profesional bidang psikologi pasti mengetahui caranya. Dalam skala nasional pun bisa dan sepertinya tidak ada resiko yang berarti. Jika data hasil survey menunjukkan perbandingan yang signifikan untuk yang sudah melakukan, lalu tindakan apa yang seharusnya pemerintah lakukan. Jika pemerintah tidak mengambil tindakan yang tegas maka kembali kita tanyakan mengapa ada agama di negeri kita? Bukankah berislam itu sangat melelahkan…

‘Itulah al-kitab, tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang-orang bertakwa’ (Al-Baqoroh ayat 2). Al kitab adalah al-quran. Al yang dibubuhkan pada awal kata kitab dipakai dalam arti kesempurnaan. Dengan demikian, al kitab adalah kitab yang sempurna. Sedemikian sempurnanya sehingga tidak ada satu kitab yang wajar dinamai al kitab kecuali kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw ini. Karena itu, begitu kata tersebut terdengar maka pikiran langsung menuju kepada al quran, walaupun dalam redaksinya tidak disebut bahwa yang dimaksud adalah al-quran. (Tafsir Al Misbah Vol 1 hal 85-86, M. Quraish Shihab).

Baca Juga:Dinsos Bantu Lansia Beternak DombaTekan Angka Lakalantas, Polsek Pusakanagara Upayakan Tutup U Turn

Jika Al-Quran petunjuk yang sempurna, mengapa kita ragu menjalani dan terkesan ‘pintar’ dalam merealisasikannya. Belum ada seorang pun yang dapat mengungkap gunung es ini, …siapa berani?.(*)

Laman:

1 2
0 Komentar