PASUNDAN EKSPRES – Apakah ada hubungan antara warna batu akik dengan jin? Apakah ada warna batu akik yang disukai jin?
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang kaya akan warisan budaya dan cerita turun-temurun, kepercayaan terhadap kekuatan mistis batu akik masih cukup mengakar kuat.
Salah satu kepercayaan yang cukup populer namun kontroversial adalah anggapan bahwa jin menyukai warna batu akik tertentu.
Baca Juga:Jadi Pembicara di Pra Rakor BPK, Menteri Nusron Tegaskan Tanah adalah Fondasi Ketahanan PanganSekjen Kementerian ATR/BPN Sebut Donor Darah Bermanfaat bagi Kesehatan dan Sesama
Namun, apakah benar ada hubungan antara makhluk gaib tersebut dan warna-warna batu akik yang memesona? Jawabannya: tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut.
Mitos yang Melekat, Bukti yang Tak Pernah Ada
Kepercayaan bahwa jin memiliki preferensi terhadap warna batu akik adalah bagian dari mitos tradisional yang berkembang secara luas dan turun-temurun di masyarakat.
Cerita-cerita rakyat yang diwariskan secara lisan sering kali mengandung unsur gaib yang begitu menarik, tetapi sangat jarang—bahkan nyaris tidak pernah—disertai oleh bukti ilmiah yang konkret dan terpercaya.
Hingga saat ini, tidak ada penelitian ilmiah yang dapat membuktikan bahwa makhluk halus seperti jin memiliki ketertarikan terhadap warna tertentu, apalagi terhadap batu akik yang umumnya digunakan sebagai perhiasan atau simbol kepercayaan spiritual.
Batu Akik dan Pilihan Pribadi yang Subjektif
Pada kenyataannya, pemilihan batu akik oleh seseorang lebih banyak didasarkan pada faktor estetika, selera pribadi, serta keyakinan subjektif terhadap khasiat yang dipercaya melekat pada jenis atau warna batu tertentu.
Warna merah darah yang berani, hijau zamrud yang menenangkan, atau hitam legam yang misterius—semuanya merupakan pilihan pribadi yang sangat beragam dan sangat bergantung pada kepribadian serta preferensi masing-masing individu.
Pentingnya Edukasi yang Rasional dan Objektif
Di tengah arus informasi yang semakin cepat dan luas, sangat penting bagi masyarakat untuk memiliki pemahaman yang lebih rasional dan objektif.
Baca Juga:Kepala Biro Humas dan Protokol Optimis Capai Program Kerja Kehumasan dengan Optimal di Akhir 2025Penyusunan Rencana Aksi Reformasi Birokrasi, Sekjen Kementerian ATR/BPN: Tingkatkan Capaian Indeks 2025
Edukasi yang berbasis pada data ilmiah dan bukti nyata harus terus digalakkan agar masyarakat tidak mudah terjebak dalam kepercayaan-kepercayaan yang tidak berdasar.
Mitos boleh saja dijaga sebagai bagian dari budaya, namun tidak semestinya dijadikan pegangan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan keyakinan pribadi atau bahkan tindakan konsumtif.