SUBANG– Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu tulang punggung perekonomian di Kabupaten Subang.
Namun, belakangan ini pelaku UMKM mengeluhkan penurunan omzet yang cukup drastis, salah satunya usaha Rempeyek Kadeudeuh yang berlokasi di Kampung Suniaraga RT 07/03, Desa Sagalaherang Kaler, Kecamatan Sagalaherang.
UMKM yang telah berdiri selama 18 tahun ini awalnya mampu menyerap lima tenaga kerja. Namun kini, akibat penurunan permintaan, hanya tersisa satu pekerja yang merupakan tetangga dekat pemilik usaha. Kondisi ini jelas membuat beban kerja semakin berat sekaligus menekan penghasilan keluarga pelaku UMKM tersebut.
Baca Juga:Desa Gudang Kahuripan Kembangkan Ekonomi Lokal Lewat Peternakan dan UMKMKetepatan Waktu Keberangkatan KA Penumpang Daop 2 Capai 99,68%
“Biasanya produksi bisa mencapai 10–15 liter beras per hari. Kalau ada pesanan hajatan, produksinya bisa lebih banyak. Tapi sekarang menurun drastis,” ujar Wawan Setia Permana, pendiri sekaligus pengelola Rempeyek Kadeudeuh, Selasa (16/9/2025).
Bersama sang istri, Imat Rohimat Sopiah, Wawan masih konsisten memproduksi rempeyek secara tradisional. Setiap harinya, belasan kilogram beras diolah menjadi adonan tepung, dicampur dengan telur, bawang putih, ketumbar, garam, penyedap rasa, dan irisan daun jeruk sebelum digoreng hingga matang.
Proses produksi yang sederhana membuat rempeyek ini tetap digemari konsumen karena rasanya gurih, renyah, dan harum. Varian rasa yang diproduksi pun beragam, mulai dari kacang tanah, kacang hijau, teri, asin petek, hingga rebon. Selain rempeyek, pasangan ini juga memproduksi camilan lain seperti keripik pisang dan keripik bayam.
“Rempeyek Kadeudeuh ini tanpa bahan pengawet, bisa tahan sampai empat bulan dan rasanya tetap gurih,” tambah Wawan.
Produk Rempeyek Kadeudeuh dipasarkan ke berbagai kota, termasuk sentral oleh-oleh dan toko modern. Selain memenuhi pesanan dari hajatan maupun toko oleh-oleh di Subang, produk ini juga merambah luar daerah.
Harga jualnya pun terjangkau, mulai dari Rp12 ribu hingga Rp40 ribu per bungkus, dengan kemasan plastik sederhana yang sudah dipres dan diberi label.
Untuk memperluas pasar, Wawan dan Imat rajin mengikuti pameran UMKM, bazar, hingga event wisata. Mereka juga rutin membuka stan saat Car Free Day di Subang, serta berjualan di acara Wisata Kuliner (Wiskul) Purwakarta setiap malam Minggu di depan Gedung Diorama.