Catatan Harian Dahlan Iskan: Jago Wayan

Catatan Harian Dahlan Iskan: Jago Wayan
Catatan Harian Dahlan Iskan: Jago Wayan
0 Komentar

IA berhenti dari tentara. Pangkatnya mayor. Uangnya sudah banyak. Ia merasa tidak enak: jadi tentara merangkap jadi pengusaha sukses.

Namanya: Wayan Supadno. Ia orang asli Yogyakarta. Ketika masih bayi ikut nenek bertransmigrasi ke ujung timur pulau Jawa. Ke Grajakan. Ke pinggir hutan di selatan Banyuwangi. Ayahnya ikut juga dalam rombongan neneknya itu.

Di situlah Wayan sekolah. Lalu masuk D3 Unair. Sambil bekerja: memberi kursus bimbingan tes. Juga jadi cleaning service untuk rumah tempatnya menumpang: agar tidak perlu bayar kos.

Baca Juga:Menjadi Guru Profesional, Sebuah Tuntutan?Hindari Penyalahgunaan Data BSU, BPJS Ketenagakerjaan Imbau Pekerja Gunakan Kanal Resmi

Sebagai keluarga transmigran orang tuanya tidak mungkin membiayai Wayan kuliah. Apalagi sang ayah belakangan ikut jejak orang tuanya: bertransmigrasi ke Sulawesi Tengah.

Selesai kuliah, Wayan melamar ke perusahaan farmasi asing. Jadi detailer. Pekerjaan utamanya mendatangi dokter. Agar mau memasukkan obat dari perusahaannya ke resep sang dokter.

Wayan ditempatkan di Banjarmasin. Awalnya begitu sulit ketemu dokter. Selalu saja ditolak. Lalu ia menemukan cara. Ia cari tahu kapan anak dokter itu ulang tahun. Lalu cari tahu: apa hobi si anak. Hari itu Wayan pun menyerahkan hadiah ulang tahun ke rumah dokter: mobil. Mobil mainan.

Prestasi Wayan dihargai. Ia dipindah ke wilayah yang lebih besar: Sulawesi Selatan. Sukses lagi. Giliran Wayan yang minta pindah: ke Bali. Wilayahnya termasuk NTB. Permintaannya dipenuhi.

Di Bali, Wayan terpikir bisa dekat dengan, ehm, gadis yang diincarnya –sejak masih di SMP di selatan Banyuwangi. Ia ingat pernah kirim surat cinta ke gadis SMP itu: ditolak. Surat dikembalikan. Beserta amplopnya. Masih utuh. Amplop itu belum dibuka.

Cinta remaja itu ia bawa ke Banjarmasin. Ke Makassar. Ke Bali. Dari Bali, Wayan melamar lagi. Kini diterima. Itulah istrinya sekarang. Yang memberinya tiga anak: yang bungsu lagi sekolah di Prancis.

Di Bali itu pikiran lama Wayan muncul kembali: ingin jadi tentara. Ia melihat pengumuman pendaftaran jadi perwira. Sewaktu mahasiswa pun Wayan ikut resimen mahasiswa.

Baca Juga:NasDem Karawang Berikan Perlindungan kepada Kader ke BPJS KetenagakerjaanRampung Tahap Pertama, Dinas PUPR Karawang Bangun Jembatan Anggadita Rumambe Tahap Kedua

Setelah pendidikan militer di Magelang Wayan ditempatkan di Pematang Siantar. Ia jadi pelatih tentara. Pangkat pertamanya letnan dua.

0 Komentar