Corona lalu Banjir Pantura, Kita Bisa Apa?

Corona lalu Banjir Pantura, Kita Bisa Apa?
Petugas gabungan membantu evakuasi warga di bawah flyover Pamanukan.
0 Komentar

LEBIH takut Corona atau banjir? Keduanya menakutkan. Bisa datang kapan saja, kepada siapa saja. Keduanya mematikan. Setidaknya saudara kita yang terkena banjir di wilayah Pamanukan dan sekitarnya, menghadapi dua ketakutan itu.

Beruntung tak ada korban jiwa yang hanyut saat banjir. Memang ada yang meninggal, tapi karena kondisinya sakit. Tak berdaya saat mengungsi, ajal menjemputnya.

Betapa hebatnya warga Pantura, khususnya warga Pamanukan dan wilayah dekat ke bibir pantai utara (Pantura) Jawa. Mereka bisa menyelamatkan diri dengan cepat, padahal air datang begitu besar. Lebih besar dari banjir-banjir sebelumnya. Tahun 2014 dan 2020.

Baca Juga:Banjir Surut, Sampah di Pantura MenggunungPenemuan Benda Mirip Granat Bikin Geger Warga Kasomalang Kulon

Padahal, tidak ada sirine atau alarm yang berbunyi otomatis saat tinggi muka iar (TMA) Sungai Cipunagara melewati batas 7 meter. Mungkin foto ketinggian air cukup disebar melalui media sosial sebagai sirine kekinian. Padahal pengurus masjid misalnya bisa dilatih, saat waspada banjir mereka bergegas mengumumkan di masjid. Belum sempat ada posko yang didirikan sejak awal Februari lalu. Sebaliknya, posko Corona tetap siaga di pusat kota.

Banjir akibat hujan deras pada Minggu 7 Februari lalu tercatat merendam lebih dari 34 ribu rumah, 13 ribu hektare pesawahan, 4 ribu hektare tambak dan lebih dari 46 ribu warga mengungsi. Sebab, banjir tahun ini meluas, terjadi di 18 kecamatan. Paling parah di wilayah Pamanukan.

Apakah kita sudah siap menghadapi banjir? Sulit rasanya menemukan data untuk menyebut bahwa pemerintah sudah mengantisipasi bencana ini dari jauh hari. Sebab anggaran normalisasi sungai utama maupun sekunder dalam dua tahun terakhir tidak ada dalam APBD. Menyandar pada ketentuan, bahwa urusan sungai adalah urusan pusat dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). Mirisnya, tahun 2020 lalu pemerintah nyaris sulit melakukan pembangunan fisik karena dialihkan untuk menanggulangi Covid-19.

Selanjutnya, berapa kali pelatihan siaga bencana di wilayah Pantura rawan banjir? Berapa pompa air yang dimiliki pemerintah desa, kecamatan atau kabupaten? Berapa meter tanggul yang dibangun dan diperbaiki sepanjang 2020 dan 2021? Sudah punya prosedur early warning saat terjadi banjir? Berapa saluran retensi yang dibangun? Jika ada, mungkin saya kurang menggali data. Saya menunggu datanya.

0 Komentar