Cerita TKI Asal Purwadadi Subang di Perang Sudan : Setiap Hari Mendengar Suara Ledakan

SUBANG-Konflik Sudan yang pecah pada 15 April 2023 dan menewaskan ribuan orang. Mendorong lebih dari jutaan orang untuk melarikan diri melintas perbatasan dan menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi di belahan negara lain.

Konflik berkepanjangan yang terjadi di Negara Sudan pun memaksa sejumlah negara, termasuk Indonesia mengevakuasi warganya yang tinggal di sana. Salah satu Tenaga Kerja ndonesia (TKI) asal Subang Jawa Barat, Yanti (59) berhasil di evakuasi dan dipulangkan dengan selamat.

Yanti bersyukur, di tengah perang yang berkecamuk, dirinya masih diberi keselamatan dan kembali ke kampung halaman pada Minggu (30/4). Yanti nyaris kehilangan nyawa saat masih bekerja di Sudan.

Yanti yang merupakan warga Dusun Parapatan RT 13 RW 04, Desa Parapatan, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang bercerita, dirinya mendapat luka saat dievakuasi oleh KBRI menggunakan bus.

“Bus yang saya tumpangi dari Sudan menuju Persudan mengalami kecelakaan. Bus yang saya tumpangi bersa warga Indonesia lainnya menabrak batu besar dan terguling. Karena pada saai itu, jalannya memang rusak parah,” terangnya.

Saat itu Yanti bersama warga negara Indonesia lainnya kelalahan dan dalam perjalanan tengah beristirahat di dalam bus, kemudian bus tersebut oleng dan menabrak batu besar. Secara reflek tanganya mencengkram pegangan pada kursi namun ia tak sanggup menahan akhirnya ia terjatuh dan mengalami luka-luka.

“Saya sempat merasakan bus hilang kendali, saya berpegangan erat pada kursi bus tetapi saya terjatuh dan kaki sebelah kanan saya mengalami luka yang sampai saat ini belum sembuh,” ungkap Yanti sambil berkaca-kaca.

Dia masih sadar betul ketika bus menabrak batu dan orang-orang di dalamnya bergeletakan dengan bersimbah darah. Bahkan, kata Yanti ada warga Indonesia yang meninggal saat kecelakaan tersebut.

Dari kecelakan tersebut, dirinya bersama warga Negara Indonesia lainnya dievakuasi kembali dan kemudian di bawa ke tempat pengusian di Persudan dengan mamakan waktu kurang lebih 20 jam.

“Setelah sampai di Persudan, kami dipulangkan oleh kedutaan menggunakan pesawat dan kami dibuatkan paspor sekali jalan. Setelah sampai di Jakarta, kami diungsikan sementara di Dinas Kementrian Sosial dan saya tiba di rumah hari Minggu 30 April 2023,” jelasnya.

Yanti yang sudah 15 tahun bekerja menjadi asisten rumah tangga di Sudan menceritakan, saat perang telinganya sudah sangat sering mendengar letusan senjata api.

“Sebentar-sebentar ada suara tembakan yang saya tidak tahu asalnya dari mana. Tiba-tiba sudah makin membesar dan sudah semakin kacau, saya hanya bisa berlinfung di balik tembok rumah majikan,” ujarnya.

Mendengar suara tembakan dan jet tempur lewat sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Yanti yang sempat kesulitan tidur karena khawatir akan pertempuran yang terjadi di luar sana.

Menurutnya, suara tembakan dan suara bom membuat dirinya merasa tidak tenang dan khawatir jika bom tersebut akan jatuh menimpa dirinya. Tiap menit, kata Yanti, dirinya selalu mendengar suara gemuruh dan ledakan.

Ibu tiga orang anak ini mengatakan, karena konflik yang masih berkepanjangan di negara Sudan, Yanti memutuskan untuk tidak kembali ke Sudan dan akan mencari pekerjaan lain di Indonesia.

“Karena perang yang tidak tahu kapan akan berakhirnya. Setelah saya pulih, saya akan mencari pekerjaan ke Jakarta saja dan tidak akan berangkat lagi ke luar negeri,” pungkasnya.(cdp/ded)