Dampak Destructif Gempa Bawean, Kerusakan yang Merata di Wilayah Jawa Timur

Dampak Gempa Bawean
Dampak Destructif Gempa Bawean: Kerusakan yang Merata di Wilayah Jawa Timur
0 Komentar

PASUNDAN EKSPRES – Guncangan dahsyat mendera Pulau Bawean, Jawa Timur, pada Jumat lalu, menggugah kekhawatiran di seluruh wilayah sekitarnya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tidak tinggal diam, mereka merilis analisis mendalam mengenai gempa berkekuatan M 5,9 dan M 6,5 tersebut yang mengguncang Bawean.

 

Menurut BMKG, gempa hebat di Bawean dipicu oleh aktivitas sesar aktif di dasar Laut Jawa, dengan mekanisme geser atau mendatar (strike-slip). Ini menjadi sorotan utama karena dampaknya yang cukup merusak.

 

Episenter gempa Bawean ternyata terletak langsung di jalur sesar yang sudah terpetakan dengan jelas. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa episenter gempa terletak di jalur Sesar Muria (Laut), menurut sebuah paper yang dipublikasikan oleh Peter Lunt (2019). Fenomena ini menunjukkan bahwa jalur sesar di Laut Jawa masih aktif, memicu peringatan untuk tetap waspada terhadap potensi bahaya di sekitar wilayah tersebut.

 

Baca Juga:Kondisi Terkini, Perkembangan Kursi DPR RI dan Potensi Perselisihan Hasil PemiluUpdate Gempa Bawean, Dampak Skala V-VI MMI di Pulau Bawean dan Sekitarnya

Gempa tersebut tidak hanya meninggalkan kerusakan di Pulau Bawean, tetapi juga menyebabkan kerusakan yang signifikan di sejumlah kota dan kabupaten di sekitarnya, termasuk Gresik, Tuban, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Bojonegoro, Pamekasan Madura, dan Banjarbaru. Bahkan guncangannya terasa hingga ke daerah-daerah jauh seperti Banjarmasin, Banjarbaru, Sampit, Balikpapan, Madiun, Demak, Semarang, Temanggung, Solo, Yogyakarta, Kulon Progo, dan Kebumen. Data dari BPBD Jatim mencatat kerusakan rumah, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, dan gedung lainnya, memberikan gambaran nyata tentang dampak destruktif gempa ini.

 

Meskipun gempa tersebut cukup merusak, hasil pemodelan tsunami BMKG menunjukkan bahwa tidak ada potensi tsunami yang dihasilkan oleh gempa tersebut. Data lapangan yang dikumpulkan dari monitoring muka laut juga menunjukkan bahwa tidak ada anomali catatan tsunami di sekitar daerah pesisir terdekat.

 

Penjelasan dari Daryono juga menyoroti karakteristik unik gempa di Bawean, di mana batuan kerak bumi permukaan cenderung lebih rapuh dan mudah patah, berbeda dengan gempa di kerak samudra yang batuannya lebih elastis. Ini menjadikan gempa susulan lebih mungkin terjadi, meskipun hal ini sebenarnya dapat memberikan informasi yang berguna dalam memperkirakan akhir dari serangkaian gempa.

0 Komentar