Gangga Risma

Gangga Risma
0 Komentar

Oleh : Dahlan Iskan

Itu jam 05.00 pagi. Di luar masih gelap. Dari kamar hotel terdengar alunan suara dari pengeras suara.

Saya sudah bangun satu jam sebelumnya. Jangan sampai telat: ikut sembahyang subuh umat Hindu. Di tempat yang dianggap paling suci: Sungai Gangga.

Sungai Gangga panjangnya 2.500 km. Tapi hanya punya tujuh tempat yang dianggap paling suci. Dan di antara tujuh itu di sinilah yang tersuci: di Varanasi.

Baca Juga:Sambut Musim Tanam Padi, Desa Gempol Gelar Hajat BumiJelang Akhir Tahun, Bahan Pokok Naik

Letak Kota Varanasi di pedalaman India. Di tengah negara bagian Uttar Pradesh. Sekitar 10 jam perjalanan darat dari New Delhi.

Bisa 19 jam kalau dari Kuil Emas Sikh di Amritsar (Punjab). Karena itu saya naik pesawat. Transit di bandara Indira Gandhi di New Delhi.

Saya batalkan rencana jalan darat itu. Agar tanggal 8 bisa ke Tazkia di Malang.

Balik ke New Delhi-nya saja yang akan jalan darat. Agar bisa melewati daerah Mathura, Ayodya, dan Agra.

Keluar dari hotel benar-benar masih gelap. Saya pilih naik Bajaj lagi. Sungai Gangga hanya 30 menit dari hotel.

Saya sudah terbiasa naik Bajaj. Di mana-mana.

Sulit sekali cari taksi. Sejak ada Ola –Ubernya India tidak tahu lagi yang mana yang disebut taksi.

Saya tidak punya aplikasi untuk Ola. Bajaj pun menjadi pilihan yang fleksibel. Toh udara lagi sejuk. Seluruh Varanasi diberi AC oleh Tuhan Yang Maha Esa: 16 derajat celsius.

Baca Juga:Tax Gathering, KPP Pratama Usung ‘Maranggi’Karawang Clothing Expo 2019, “End Year Big Sale”

Saya tidak kebagian hotel yang di pinggir Gangga. Begitu sulit mencari kamar kosong di Kota suci –Varanasi maupun Amritsar.

Sepanjang jalan lampu penerangannya seperti selalu low batt. Bajaj pun berhenti di mulut salah satu gang. Saya tidak pilih-pilih di mulut gang yang mana. Ratusan gang di sepanjang jalan itu. Semua gang menuju tepian Sungai Gangga.

Dari pinggir jalan itu saya memasuki gang yang sempit. Sejauh kira-kira 300 meter.

Gang itu berliku. Di jepitan kampung besar yang padat. Sepanjang pinggiran Gangga –di Kota Varanasi ini– dipenuhi kampung miskin.

Padat. Ruwet. Kotor. Kumuh.

Alunan dari pengeras suara tadi terdengar kian banyak. Pun sampai di kampung padat ini. Itulah suara orang membaca kitab suci di kuil-kuil Hindu.

0 Komentar