Perawat Raisa

Perawat Raisa
Gubernur Khofifah ketika melihat cara kerja robot Raisa di RS Unair. Pemprov Jawa Timur, ITS, dan Unair kali ini bersatu untuk satu tujuan: Lawan Corona!
0 Komentar

Oleh: Dahlan Iskan

Perawat baru itu bernama pendek: Raisa. Tapi langkahnya panjang: tidak pernah lelah.

Raisa adalah juga satu-satunya perawat yang tidak akan pernah tertular Covid-19.

Dia seorang, eh, sebuah robot.

Tempat dinas Raisa di Rumah Sakit Universitas Airlangga. Yang dikhususkan untuk pusat penanganan Covid-19 di Surabaya.

Baca Juga:Pasien 01 P ositif Covid-19 Masih Diisolasi di RSUDJelang PSBB, 178 Warga Mundusari Terima Bantuan Sembako Gubernur

Penempatan pertama Raisa sebenarnya di lantai 5. Itulah lantai khusus untuk ICU. Tapi di ICU itu pekerjaannyi tidak sebanyak kemampuannyi.

Akhirnya Raisa dimutasi ke lantai 4 –yang beban kerjanya lebih besar.

Raisa dilahirkan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Bidannyi terdiri dari 4 dosen dan 12 mahasiswa –elektro, komputer, informatika, dan mesin. Kepala bidannya: Rudy Dikairono ST, MT –dosen Fakultas Teknik Elektro ITS.

Dengan hadirnya Raisa, beban perawat di rumah sakit itu berkurang –terutama beban mental. Kemungkinan tertular sangat berkurang.

Raisa-lah yang lebih sering berhubungan dengan pasien. Dia yang lebih sering ke kamar pasien –mengantarkan obat, alat ukur suhu, atau makanan minuman.

Kadang Raisa perlu agak lama di dekat pasien. Yakni ketika pasien memerlukan dialog dengan perawat atau dokter. Raisa memang dilengkapi kamera dan screen. Pasien bisa bertanya kepada perawat yang wajahnya muncul di layar. Lalu si perawat menjawab lewat layar itu.

Begitu tugas di kamar itu selesai Raisa kembali ke ”meja kerja”-nyi: kumpul bersama perawat jaga di ujung lantai itu.

Raisa yang satu ini belum sepenuhnya ”dewasa”. Raisa sengaja dilahirkan dengan kecerdasan terbatas. Dia masih harus dibantu dengan remote control.

Baca Juga:TNI Sebar Takjil dan Makanan di Depan Koramil PusakanagaraCovid-19 dan Ramadan Tak Hentikan Bisnis Miras, Satnarkoba Polres Sita Ribuan Botol

Bukan karena ITS tidak mampu. Tapi karena waktu. ”Robot ini harus sudah jadi dalam dua minggu,” ujar Rudy Dikairono.

Waktu itu ”cepat berfungsi” lebih utama daripada ”kecerdasan yang sempurna”. Apalagi yang diprioritaskan adalah faktor keamanan perawat dan dokter. Bukan tingkat kecanggihannya.

Dengan hadirnya Raisa, kadar pertemuan langsung perawat dengan pasien turun 60 persen. Begitulah keterangan perawat di rumah sakit itu.

Tentu saya tidak bisa melihat langsung kerja Raisa di lantai 4 itu. Prosedur ke RS itu sangat ketat. Apalagi saya adalah jenis orang yang paling rawan tertular –tiap hari saya justru minum obat penurun imunitas.

0 Komentar