Evolusi Jalan di Desa Kalilandak, Kabupaten Banjarnegara Menuju Interaksi Desa-Kota yang Memadai (Bagian 2/Habis)

Evolusi Jalan di Desa Kalilandak, Kabupaten Banjarnegara Menuju Interaksi Desa-Kota yang Memadai (Bagian 2/Habis)
0 Komentar

Di samping penerapan teori graph di Desa Kalilandak secara menyeluruh, sebagian wilayah masih mengalami perkembangan bertahap mulai dari tahap 1 hingga tahap 5 dalam teori graph. Tentu saja, proses perkembangan dan evolusi jaringan jalan tidak dapat terjadi secara instan, melainkan memerlukan waktu yang cukup lama.

Pada Tahap 1 teori graph, indeks konektivitas di desa Kalilandak menunjukkan nilai ½, yang menurut kategori nilai β <1 dalam batasan Hammond, menandakan bahwa wilayah tersebut masih dalam tahap perkembangan awal atau belum berkembang (backward economies). Hal ini mengindikasikan bahwa infrastruktur jalan di wilayah tersebut belum dianggap memadai untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, karena jalan berperan sebagai sarana penghubung yang belum efisien sehingga memberikan dampak negatif terhadap mobilitas masyarakat. Dengan nilai β <1, wilayah ini masih dianggap lebih sepi, karena kualitas jalan yang belum optimal mencerminkan tingkat keramaian atau efisiensi yang masih rendah, mencirikan rendahnya kemajuan ekonomi dan sosial di wilayah tersebut. Jalannya tidak begitu luas jika dibandingkan dengan jalan utama. Semangat gotong royong dan keamanan masih sangat terjaga, Dari segi ekonomi, jalan ini masih kurang mendukung distribusi kegiatan ekonomi. Sedangkan dalam aspek lingkungan, kualitasnya masih relatif baik, sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, sarana prasarana, transportasi, dan aktivitas lain yang belum begitu menyebabkan pencemaran.

Pada Tahap 2 teori graph, indeks konektivitas di desa Kalilandak menunjukkan nilai 2/3, yang menurut kategori nilai β <1 dalam batasan Hammond, menandakan bahwa wilayah tersebut masih dalam tahap perkembangan awal atau belum berkembang (backward economies). Hal tersebut menandakan bahwa di daerah belum maju ditinjau dari keberadaan jalan sebagai fasilitas penghubungnya. Dengan kata lain, infrastruktur jalan di wilayah tersebut belum dianggap memadai dan mendukung kemajuan ekonomi. Dengan nilai β <1, wilayah tersebut masih tergolong sepi, karena kualitas jalan yang baik dapat mencerminkan tingkat keramaian yang tinggi atau efisien dalam penggunaannya, menggambarkan kemajuan ekonomi dan sosial di wilayah tersebut. Secara fisik, jalan tidak terlalu lebar dan rasa gotong royong dan keamanan masih terjaga. Namun, jalan ini kurang memudahkan kegiatan ekonomi. Kualitas dan kuantitas lingkungan masih dapat dikatakan baik.

0 Komentar